Wednesday, November 30, 2016

Sunday Service: "Where Are the Other Nine?" - Pdt. Andreas Himawan - 27112016

Lukas 17: 11-19 - kesepuluh orang kusta

Latar belakang:
Pada zaman itu, orang-orang yang sakit kusta hidup tersingkir, jauh dari orang-orang yang sehat, seperti ketetapan imam-imam. Ketika 10 orang kusta melihat Yesus, mereka berteriak memanggil Yesus bukan untuk mengemis tetapi meminta kesembuhan. Mendengar dan melihat mereka, Yesus menyuruh mereka untuk pergi dan menunjukan diri kepada imam-imam, padahal jelas mereka belum sembuh. Orang-orang bisa saja menganggap Yesus melecehkan imam-imam dan ketetapan mereka dimana pesakit kusta dianggap najis, kotor, sakit karena dosa dan tidak diperbolehkan untuk masuk ke tengah-tengah masyarakat. Tetapi kesepuluh orang itu tidak menganggap Yesus main-main. Mereka tidak mengomel (seperti sikon Naaman ketika hamba Nabi Elisa menyuruhnya membasuh diri di Sungai Yordan). Mereka menuruti Yesus dan langsung melakukan apa yang dikatakan Yesus. Mereka sebetulnya melakukan sebuah tindakan iman.

Walaupun tidak disebutkan dalam Alkitab apa alasan kesepuluh orang tersebut menurut begitu saja kepada Yesus, namun kita bisa menganalisa kemungkinan-kemungkinan motivasi yang menyebabkan mereka taat kepada perintah Yesus.
  1. Orang kusta pada masa itu seperti sudah kehilangan harapan dan harga diri karena mereka dikucilkan. Mereka akan lakukan apapun untuk dipulihkan.
  2. Mereka sudah terbiasa disuruh pergi (diusir)
  3. Mereka tahu otoritas Yesus sebagai guru (Rabi) dan menurut apa yang Dia perintahkan. 

Kisah ini tidak berakhir sampai pada mereka sembuh. Ketika 10 orang kusta tersebut sembuh hanya 1 orang dari mereka yang berbalik kepada Yesus untuk memuliakan-Nya.

(19) "Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau." "

Hanya kepada satu orang ini Yesus berkata bahwa imannya telah menyelamatkan atau menyembuhkannya. Kenapa? Bukankah mereka semua mengerjakan dengan iman apa yang diperintah Yesus?


Sebelum menyembuhkan kesepuluh orang kusta, Tuhan memberi perumpamaan tentang "Tuan dan Hamba". Tuhan menggambarkan hati seorang hamba dimana hamba itu hanya melakukan apa yang harus dia lakukan dengan hati yang bersyukur.

Tuhan tidak menginginkan sekedar ketaatan yang seperti robot. Namun benar-benar taat dengan hati yang tulus rela mengikut Yesus. Hati yang merespon kepada anugerah yang memang telah diberikan kepada kita. Hati yang benar-benar mau bertemu Yesus secara pribadi bukan hanya untuk kesembuhan semata. Kesembilan orang hanya sekedar taat tanpa hati yang bersyukur karena mereka hanya ingin cepat-cepat sembuh dan kembali diterima di masyarakat. Sedangkan satu orang yang berbalik menemui Yesus, adalah seorang Samaria (orang buangan), seseorang yang tidak kenal hukum taurat, tetapi justru dia yang kembali berteriak memuliakan Allah dan mengucap syukur. Dia lebih memilih diterima Kristus dibanding diterima masyarakat. Dia tahu prioritas utamanya.

(18) "Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" "
Memuliakan Allah bukan hanya secara abstrak (bernyanyi, dll). Bila kita benar-benar ingin bersyukur, kita lakukan didalam nama Yesus. Kemuliaan dan syukur harus dikembalikan kepada Sang Pemberi berkat atau kesembuhan.

Efesus 5:20
"Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita"
Yesus adalah mediator kita dan Bapa. Blessing Allah Bapa kepada kita, begitu pula syukur kita kepada Allah Bapa, adalah melalui Yesus.

Seperti orang Samaria yang "tersungkur", dengan seluruh tubuhnya tertelungkup di atas tanah di depan kaki Yesus, sebuah bahasa tubuh yang mengatakan penyerahan diri yang sepenuhnya kepada Tuhan. Submit to Jesus wholy. Menyerahkan diri kepada Tuhan sebagai respon atas kasih anugerahNya. Sukacita orang Samaria ini ditujukan kepada pertemuannya dengan Kristus sebagai penyelamatNya. Berbeda dengan kesembilan orang lainnya yang bersukacita atas kesembuhan tetapi sukacita mereka terfokus kepada diri mereka sendiri.

Hidup untuk Yesus bukan sekedar melayani seperti robot. Ketaatan kita adalah bentuk respon kita dan kita merespon dengan memberi kembali kepada kepada Kristus. Tuhan ingin kita menikmati pekerjaan (pelayanan) kita yang kita lakukan di dalam namaNya.
Eucharisteo - tindakan bersyukur.
Bersyukur bukan hanya sekedar dari ucapan, melainkan dari perbuatan kita. The true thanksgiving. Hidup untuk Yesus bukan hidup untuk diterima atau dipandang oleh orang. Namun hidup dengan 'tersungkur' untuk diterima Kristus. Persembahan yang hidup adalah ibadah yang sejati.

No comments:

Post a Comment