Monday, November 7, 2016

Sunday Service: "Tak Berkesudahan Kasih Setia Tuhan" - Pdt. Reggy Andreas - 06112016

Ratapan 3:18-27

Ketika mengingat Tuhan dan berkat-berkatNya, jiwa kita disegarkan. Dan ayat yang mengatakan tentang Rahmat-Nya yang tiada berkesudahan ada didalam kitab yang bernama Ratapan (ironis). Ini mengingatkan kita seberapa besar kesulitan di kehidupan kita, sebanyak apa ratapan kita, tidak ada yang sebesar kasih setia Tuhan dan pengharapan didalamnya.

Pada tahun 587 Sebelum Masehi, Bangsa Yehuda diserbu oleh Babel dan kota-kotanya dihancurkan. Orang-orang yang tersisa dibuang ke Babel. Ketika itu Nabi Yeremia menuliskan kitab Ratapan.

Saat Yeremia menuliskan kitab tersebut, pasal 1 - 4 ditulis dengan bentuk akrostik dimana setiap baitnya dimulai secara alphabetical dalam bahasa Ibrani (22 huruf) yaitu dari Alef sampai Taw. Seorang penafsir mengatakan puisi akrostik tersebut menggambarkan lengkapnya penderitaan umat Tuhan saat itu (A-Z lengkapnya). Seperti kegelapan yang begitu pekat seperti tidak ada harapan.

STRUKTUR KITAB - kitab Ratapan dapat dibagi sebagai berikut:

·  Pasal 1:1 - 22 Perkabungan umat - Yehuda ditinggalkan penduduknya karena perbudakan.
·  Pasal 2:1 - 22 Hukuman dan murka Allah atas umat-Nya 
·  Pasal 3:1 - 66 Ratapan dan harapan seorang yang berkabung
·  Pasal 4:1 - 22 Perbandingan dengan masa yang lalu
·  Pasal 5:1 - 22 Doa meminta pertolongan dan pemulihan

Di ayat yang ke 21,Yeremia mengatakan adanya pengharapan, "Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap" walau di ayat sebelumnya dia baru saja mengatakan jiwanya tertekan, "Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku." Apa yang kita lihat dengan mata jasmani di dalam kehidupan kita membuat kita tidak dapat melihat dengan mata iman, realita bahwa Tuhan selalu ada disana untuk kita.

Manusia saat ini selalu berfokus pada kekuatan diri sendiri dan kekuatan dunia. Hal ini yang semakin membuat kita tidak dapat melihat perspektif Tuhan. Sudahkah kita meletakan pengharapan pada Tuhan atau masihkah berharap pada harta atau dunia?

Di ayat 22 - 24 diawali dengan huruf ke-8 dalam bahasa Ibrani

"Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya."

1. Kasih setia merupakan attribut dan karakter Tuhan sendiri.

2. Kasih setia merupakan perjanjian Allah dengan umatNya. Allah yang memegang perkataanNya. Sesungguhnya Allah tidak perlu bersumpah untuk membuktikan bahwa Dia adalah Allah yang menepati janjiNya, namun sedemikian besar Dia mengasihi umatNya hingga Ia meyakinkan (blessed assurance) kita dengan mengikatkan diriNya kepada kita.

Ibrani 6:13 & 17 - 19
"Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya,"

"Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah, supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir,"


Dalam kasih setia Tuhan yang tidak bersyarat bukan berarti tidak ada badai dalam kehidupan. Terkadang saat kita mengalami pencobaan, kita merasa Tuhan jauh dan tidak dipihak kita. Kita harus menyadari bahwa Tuhan adalah fondasi kita di saat kita diterpa badai.

3. "...selalu baru tiap pagi.." menunjukan Tuhan yang dengan rela begitu 'boros' memberkati kita. Betapa murah hatinya Tuhan untuk anakNya. Kasih setia Tuhan bukanlah kasih yang statik. Tuhan adalah Tuhan yang sangat terlibat dengan kehidupan anak-anakNya sampai hal terkecilpun. Dia bukan Tuhan yang hanya menunggu di garis 'finish', namun selalu ada didalam perjalanan kehidupan. Seperti ketika Israel keluar dari Mesir menuju ke tanah perjanjian, Tuhan selalu memimpin dan menjaga umatNya.

Mazmur 121:4 - 8
"Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya."

Bahkan ketika kita lupa denganNya pun Dia tidak meninggalkan kita. Dia bukan Tuhan yang cuek. Dia akan terus memanggil kita untuk kembali kepadaNya. Seperti Gembala yang baik yang akan terus mencari dombaNya yang hilang hingga didapatkan kembali. Dia Tuhan yang menemani kita melewati keadaan baik maupun buruk. Dia Tuhan yang tahu dan memenuhi kebutuhan kita, selalu up to date dengan kebutuhan kita.


4. "TUHAN adalah bagianku," Di tanah Kanaan pembagian porsi tanah Israel dibagi per suku (hanya orang Lewi yang tidak mendapatkan porsi tanah) dan tidak bisa ditukar kepemilikannya. Apabila kita menerima bagian dari Roh Tuhan saat kita percaya, kita menjadi harta kesayangan milikNya (tidak dapat ditukar) dan Tuhan menjadi bagian kita yang tidak akan pernah hilang. Sebaliknya, Dia pun harus menjadi harta kesayangan kita yang harus kita kejar. Bukan harta atau kenyamanan dunia namun Tuhan dan kekudusanlah yang harus kita kejar selama kita hidup. Bagaimana kita memperlakukan Tuhan? Adakah seperti harta kesayangan kita? Apakah kita mencariNya sebanyak kita melihat gadget kita setiap hari?

Bahkan sewaktu kita berdosa, Tuhan mencari kita dan membayar/menebus kita dengan darahNya. Pengorbanan yang sangat mahal bahkan tidak bisa kita beri harga. Kita yang sangat tidak layak ini dianggap semahal itu (worth saving) di mata Tuhan karena kita sudah menjadi bagianNya. Namun adakah kita menempatkan Tuhan sebagai bagian dari hidup kita? Adakah kita menghargai diri kita/sesama kita seperti Tuhan menghargai manusia?

No comments:

Post a Comment