Wednesday, November 30, 2016

Sunday Service: "Where Are the Other Nine?" - Pdt. Andreas Himawan - 27112016

Lukas 17: 11-19 - kesepuluh orang kusta

Latar belakang:
Pada zaman itu, orang-orang yang sakit kusta hidup tersingkir, jauh dari orang-orang yang sehat, seperti ketetapan imam-imam. Ketika 10 orang kusta melihat Yesus, mereka berteriak memanggil Yesus bukan untuk mengemis tetapi meminta kesembuhan. Mendengar dan melihat mereka, Yesus menyuruh mereka untuk pergi dan menunjukan diri kepada imam-imam, padahal jelas mereka belum sembuh. Orang-orang bisa saja menganggap Yesus melecehkan imam-imam dan ketetapan mereka dimana pesakit kusta dianggap najis, kotor, sakit karena dosa dan tidak diperbolehkan untuk masuk ke tengah-tengah masyarakat. Tetapi kesepuluh orang itu tidak menganggap Yesus main-main. Mereka tidak mengomel (seperti sikon Naaman ketika hamba Nabi Elisa menyuruhnya membasuh diri di Sungai Yordan). Mereka menuruti Yesus dan langsung melakukan apa yang dikatakan Yesus. Mereka sebetulnya melakukan sebuah tindakan iman.

Walaupun tidak disebutkan dalam Alkitab apa alasan kesepuluh orang tersebut menurut begitu saja kepada Yesus, namun kita bisa menganalisa kemungkinan-kemungkinan motivasi yang menyebabkan mereka taat kepada perintah Yesus.
  1. Orang kusta pada masa itu seperti sudah kehilangan harapan dan harga diri karena mereka dikucilkan. Mereka akan lakukan apapun untuk dipulihkan.
  2. Mereka sudah terbiasa disuruh pergi (diusir)
  3. Mereka tahu otoritas Yesus sebagai guru (Rabi) dan menurut apa yang Dia perintahkan. 

Kisah ini tidak berakhir sampai pada mereka sembuh. Ketika 10 orang kusta tersebut sembuh hanya 1 orang dari mereka yang berbalik kepada Yesus untuk memuliakan-Nya.

(19) "Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau." "

Hanya kepada satu orang ini Yesus berkata bahwa imannya telah menyelamatkan atau menyembuhkannya. Kenapa? Bukankah mereka semua mengerjakan dengan iman apa yang diperintah Yesus?


Sebelum menyembuhkan kesepuluh orang kusta, Tuhan memberi perumpamaan tentang "Tuan dan Hamba". Tuhan menggambarkan hati seorang hamba dimana hamba itu hanya melakukan apa yang harus dia lakukan dengan hati yang bersyukur.

Tuhan tidak menginginkan sekedar ketaatan yang seperti robot. Namun benar-benar taat dengan hati yang tulus rela mengikut Yesus. Hati yang merespon kepada anugerah yang memang telah diberikan kepada kita. Hati yang benar-benar mau bertemu Yesus secara pribadi bukan hanya untuk kesembuhan semata. Kesembilan orang hanya sekedar taat tanpa hati yang bersyukur karena mereka hanya ingin cepat-cepat sembuh dan kembali diterima di masyarakat. Sedangkan satu orang yang berbalik menemui Yesus, adalah seorang Samaria (orang buangan), seseorang yang tidak kenal hukum taurat, tetapi justru dia yang kembali berteriak memuliakan Allah dan mengucap syukur. Dia lebih memilih diterima Kristus dibanding diterima masyarakat. Dia tahu prioritas utamanya.

(18) "Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" "
Memuliakan Allah bukan hanya secara abstrak (bernyanyi, dll). Bila kita benar-benar ingin bersyukur, kita lakukan didalam nama Yesus. Kemuliaan dan syukur harus dikembalikan kepada Sang Pemberi berkat atau kesembuhan.

Efesus 5:20
"Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita"
Yesus adalah mediator kita dan Bapa. Blessing Allah Bapa kepada kita, begitu pula syukur kita kepada Allah Bapa, adalah melalui Yesus.

Seperti orang Samaria yang "tersungkur", dengan seluruh tubuhnya tertelungkup di atas tanah di depan kaki Yesus, sebuah bahasa tubuh yang mengatakan penyerahan diri yang sepenuhnya kepada Tuhan. Submit to Jesus wholy. Menyerahkan diri kepada Tuhan sebagai respon atas kasih anugerahNya. Sukacita orang Samaria ini ditujukan kepada pertemuannya dengan Kristus sebagai penyelamatNya. Berbeda dengan kesembilan orang lainnya yang bersukacita atas kesembuhan tetapi sukacita mereka terfokus kepada diri mereka sendiri.

Hidup untuk Yesus bukan sekedar melayani seperti robot. Ketaatan kita adalah bentuk respon kita dan kita merespon dengan memberi kembali kepada kepada Kristus. Tuhan ingin kita menikmati pekerjaan (pelayanan) kita yang kita lakukan di dalam namaNya.
Eucharisteo - tindakan bersyukur.
Bersyukur bukan hanya sekedar dari ucapan, melainkan dari perbuatan kita. The true thanksgiving. Hidup untuk Yesus bukan hidup untuk diterima atau dipandang oleh orang. Namun hidup dengan 'tersungkur' untuk diterima Kristus. Persembahan yang hidup adalah ibadah yang sejati.

Monday, November 28, 2016

Midweek Devotion: "Giving Thanks to God" - G.I. Pieter Handoko - 23112016

1Tesalonika 5:18 
"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." 
Apa kaitannya "mengucap syukur" dengan "Allah didalam Kristus Yesus"? 
Sebagai orang kristen, mungkin kita sering berkata puji Tuhan. Puji Tuhan berkaitan dengan mendapatkan apa yang kita inginkan sehingga kita merasa bersyukur. Tetapi jika kita mendapatkan yang bukan kita inginkan, kita akan merasa biasa saja dan tidak ada kata puji Tuhan terucap. 
4 kemungkinan realitas manusia dalam hal keinginan:
1. tidak menerima yang diinginkan
2. menerima yang diinginkan
3. melepaskan yang disayangi
4. kehilangan yang disayangi
Dari probabilitas ini, maka kekecewaan lebih umum terjadi daripada rasa syukur. 
Roma 8:38-39.  
"Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  
Muncul lagi kata "...dalam Kristus Yesus". Dari ayat ini kita bisa menangkap kasih Allah yang begitu kuat, yang tidak akan pernah lepas dari hidup kita apapun yang terjadi.
Tapi apakah kasih Allah itulah yang kita inginkan? Apakah kita excited ketika mendengar Yohanes 3:16?  
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  
Atau kita baru excited jika Ia telah mengaruniakan apa yang kita inginkan? Apakah bagi kita, tanda kasih Allah pada kita hanyalah jika Allah memberikan berkat banyak, segala yang kita inginkan? Hanya sebatas itukah kasih Allah dimata kita?
Realitanya, kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita mau. Tetapi perintah untuk selalu bersyukur ini bisa kita lakukan didalam Yesus, karena kita memiliki Yesus. 
Matius 26:53  
"Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?"
Didalam penderitaan yang Yesus akan alami, Yesus bisa saja meminta pada Bapa untuk mengirimkan 12 pasukan malaikat untuk menolong Dia.
12 pasukan malaikat disebut '12 legion of angels' dalam bahasa Inggris. 1 legion berisi 6000 prajurit. 12 legion = 72000 prajurit malaikat. 
Sekuat apakah?
Yesaya 37:36   
"Keluarlah Malaikat TUHAN, lalu dibunuh-Nyalah seratus delapan puluh lima ribu orang di dalam perkemahan Asyur. Keesokan harinya pagi-pagi tampaklah, semuanya bangkai orang-orang mati belaka!" 
> 1 malaikat bisa membunuh ke-185,000 orang-orang (seluruhnya) yang berada di dalam perkemahan Asyur pada waktu itu. 
2 Samuel 24:15-17  
"Jadi TUHAN mendatangkan penyakit sampar kepada orang Israel dari pagi hari sampai waktu yang ditetapkan, maka matilah dari antara bangsa itu, dari Dan sampai Bersyeba, tujuh puluh ribu orang. Ketika malaikat mengacungkan tangannya ke Yerusalem untuk memusnahkannya, maka menyesallah TUHAN karena malapetaka itu, lalu Ia berfirman kepada malaikat yang mendatangkan kemusnahan kepada bangsa itu: "Cukup! Turunkanlah sekarang tanganmu itu." Pada waktu itu malaikat TUHAN itu ada dekat tempat pengirikan Arauna, orang Yebus. Dan berkatalah Daud kepada TUHAN, ketika dilihatnya malaikat yang tengah memusnahkan bangsa itu, demikian: "Sesungguhnya, aku telah berdosa, dan aku telah membuat kesalahan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Biarlah kiranya tangan-Mu menimpa aku dan kaum keluargaku." "  
> 1 malaikat bisa membunuh ke-70,000 orang-orang dari Dan sampai Bersyeba.
Maka jika kita hitung memakai angka yang paling kecil saja, 12 legion x 6000 x 70000 orang = 5 miliar lebih = hampir seluruh penduduk bumi. Jadi Yesus bisa saja menghabisi seluruh penduduk bumi jika Dia meminta pada Bapa. Tapi Dia tidak melakukannya. Dia rela menanggung semuanya. Jika untuk kita yang berdosa ini, Dia rela berkorban sebesar itu, maka kita sudah sepatutnya bisa selalu bersyukur pada Allah didalam Kristus Yesus.
 
Day by day, and with each passing moment,
(hari demi hari, dan waktu yang terus berlalu)
Strength I find to meet my trials here;
(aku menemukan kekuatan untuk menghadapi kesukaran hidupku)
Trusting in my Father’s wise bestowment,
(mempercayai hikmat Bapa-ku bagiku)
I’ve no cause for worry or for fear.
(tiada lagi alasan untuk kuatir ataupun takut)
He, whose heart is kind beyond all measure,
(Dia, yang kebaikan hatiNya melebihi segalanya)
Gives unto each day what He deems best,
(memberikan di setiap hari, apa yang menurutNya terbaik)
Lovingly its part of pain and pleasure,
(semua penderitaan dan kesukaanku ada didalam kasihNya)
Mingling toil with peace and rest.
(dalam kesukaranku ada damai dan keteduhan)

Tuesday, November 22, 2016

Sunday Service: "Hati Yesus: Hati yang Penuh Belas Kasihan" - Pdt. Jeffrey Siauw - 112016

Yohanes 5 : 1-18

Injil Yohanes adalah injil yang sangat unik, ada banyak peristiwa yang tidak dicatat didalam injil lainnya (Matius, Markus, Lukas). Yohanes terkadang menulis dengan menggunakan simbol-simbol yang membuat kita perlu merenung, berpikir lebih lanjut sebelum kita bisa mengerti maksudnya.

N.T. Wright, seorang ahli perjanjian baru mengatakan, Yohanes menyusun injilnya seperti orang membuat treasure hunt. Sebuah game perburuan harta karun dimana kita harus mengikuti petunjuk-petunjuk di jalan. Petunjuk yang satu menunjuk kepada petunjuk yang lain, makin lama makin jelas dan lengkap gambarannya, sampai bertemu harta karun. Mirip seperti itu, Yohanes menyusun injilnya dengan petunjuk-petunjuk disepanjang jalan injilnya untuk kita ikuti, sampai kita mendapatkan sepenuhnya apa yang ingin ia sampaikan. Yohanes menggunakan istilah yang sederhana untuk petunjuk-petunjuk itu, dia menyebutnya sebagai 'tanda' ('sign').

Setelah kisah perkawinan di Kana, di pasal ke-dua, dimana Yesus merubah air menjadi anggur, Yohanes khusus memberitahu kita bahwa itu adalah tanda yang pertama. Kemudian setelah Yesus menyembuhkan anak pegawai istana, di pasal yang ke-empat, dia berkata lagi "Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus...." Dan Yohanes berkata ada banyak tanda yang dibuat Yesus, bahkan masih banyak tanda lagi yang ia tidak catat di dalam injilnya. Tetapi setelah tanda yang kedua, Yohanes tidak lagi menyebutkan tanda yang berikutnya, dia minta kita untuk menghitung sendiri. Dan kalau kita teruskan hitungan Yohanes, kisah yang kita baca di pasal lima adalah tanda yang ke-tiga.

Apa yang disampaikan Yohanes melalui tanda yang ke-tiga ini?
Apa yang terjadi di sana?

Setting peristiwa ini di Yerusalem, pada hari raya orang Yahudi, bisa dibayangkan bahwa pada waktu itu Yerusalem sangat penuh dengan orang karena banyak orang Yahudi berbondong-bondong dari berbagai kota datang ke Yerusalem. Peristiwa ini terjadi disebuah kolam yang bernama Betesda. Kolam ini pada saat itu mempunyai banyak cerita yang beredar tentangnya sehingga dikenal sebagai tempat kesembuhan. Dipercaya bahwa terkadang air kolam itu bergoncang, dan menurut banyak cerita yang beredar barangsiapa yang masuk ke dalam kolam itu pertama kali setelah kolam itu bergoncang maka dia yang akan menjadi sembuh, apapun penyakitnya.

Itu sebabnya ada ayat ke-empat, "Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya." 

Ayat ke-empat dalam bahasa Inggris, ayat ini seperti dihilangkan. Namun bukan dihilangkan sebetulnya, Alkitab bahasa Indonesia yang menambahkan ayat tersebut. Dalam Alkitab bahasa Mandarinpun ada yang dimasukkan ada yang menggunakan tanda kurung. Karena didalam naskah-naskah Alkitab yang paling kuno ayat empat ini tidak ada, tetapi dibeberapa naskah Alkitab yang kemudian, ayat empat ini muncul. Maka dipastikan ayat ke-empat ini ditambahkan oleh beberapa orang yang menyalin Alkitab, tetapi bukan dituliskan oleh Yohanes sendiri. Ayat ini ditambahkan untuk menjelaskan bahwa inilah yang dipercaya orang Yahudi bahwa goncangan kolam itu disebabkan oleh malaikat. Tetapi tidak ada yang tahu pasti sebetulnya apakah ada orang yang betul-betul sembuh. Juga tidak ada yang tahu pasti berapa banyak orang yang betul-betul mengalami kesembuhan dengan cara 'nyemplung' ke kolam ketika bergoncang.

Tetapi bisa dibayangkan cerita-cerita seperti ini populer beredar dengan sangat luas, dan membuat kolam Betesda menjadi sangat terkenal. Banyak orang menggantungkan harapannya pada kolam tersebut, dan pada hari raya ketika itu mungkin bahkan ada lebih banyak orang lagi berbaring di sekitar kolam Betesda. Ratusan orang mungkin ada di situ. Dan orang-orang tersebut kemungkinan besar bukan orang dengan penyakit biasa. Mereka dengan penyakit-penyakit yang tidak bisa disembuhkan dijaman itu. Dicatat oleh Yohanes, ada orang-orang buta, timpang, lumpuh, dan sangat mungkin ada orang-orang miskin yang mengemis disitu, yang tidak bisa berobat dan hanya berharap mendapat kesembuhan di kolam itu. Mereka bukan hanya berbaring tapi siap untuk saling menginjak supaya bisa lebih dulu masuk kedalam kolam itu.

Maka kolam Betesda menjadi wajah penderitaan manusia yang luar biasa yang ditampilkan di tempat itu. Tiga macam penyakit yang disebutkan Yohanes ini sebetulnya adalah tiga macam penyakit yang tidak mungkin sembuh dengan cara berbaring disekitar kolam Betesda. Bagaimana orang timpang, lumpuh dan terutama orang buta bisa dapat masuk duluan ke dalam kolam itu. Bagaimana orang buta tahu kolam itu sedang bergoncang? Tidak mungkin dia dapat sembuh hanya dengan berbaring di sekitar kolam. Itu sebabnya orang-orang ini menjadi orang-orang frustasi dan tidak ada harapan. Itu sebabnya sampai dikatakan ada yang sampai 38 tahun berbaring disana. Berkali-kali dalam hidupnya dia mungkin mengalami perjuangan menuju kolam tetapi tidak pernah berhasil. Betapa frustasinya orang seperti ini, dan ketika Yesus lewat dan Dia melihat orang itu berbaring disitu, pertanyaan pertama Yesus kepadanya adalah "Maukah engkau sembuh?" ("Do you want to get well?")

Bagi kita pertanyaan ini mungkin aneh, karena untuk apa orang ini selama 38 tahun berbaring disitu kalau dia tidak mau sembuh. Tetapi disisi lain pertanyaan ini sangat penting, orang ini tidak minta disembuhkan, sekian lama dia berada disitu mungkin dia sudah tidak tahu lagi untuk apa dia berada disitu. Dia mungkin hanya mengemis disitu dan kalau itu betul mungkin kalau sembuh dia malah takut mata pencaharian dia hilang. Maka justru karena Yesus tahu orang ini sudah lama begitu, Yesus bertanya, "Maukah engkau sembuh?"

Pertanyaan itu pasti menyentakan dia. "Maukah aku sembuh? Masih maukah aku sembuh?" Dulu ketika pertama dia berbaring di sekitar kolam Betesda, dia sangat jelas dia ingin sembuh. Tapi setelah 38 tahun lamanya dia disitu mungkin sudah kehilangan harapan untuk sembuh sama sekali. Ketika pertama kolam bergoncang dia masih berusaha masuk ke kolam tapi selalu keduluan orang lain. Dia mungkin mencoba minta tolong kepada orang lain namun 38 tahun harapannya musnah. Dan pertanyaan itu mengembalikan kesadarannya akan pengharapan kesembuhan itu.

Jawaban orang ini lebih berupa jeritan hati, amarah, aduan-nya yang terpendam selama ini, dia berkata, "Tuhan (Tuan), tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Yesus dengan sederhana berkata, "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Bayangkan suasananya, tiba-tiba dia merasakan kekuatan di kaki, dia percaya dengan kata-kata Yesus, dia mencoba berdiri, kakinya yang kecil tiba-tiba membesar, ada otot-otot yang membesar. Dia mencoba untuk berdiri dan betul dia bisa berdiri, dia mungkin mulai menjerit-jerit, mulai melompat kesana kemari, bersukacita luar biasa, perasaan dia amat sangat senang. Tetapi nada cerita tiba-tiba berubah di ayat 9b, "Tetapi hari itu hari Sabat."

Orang-orang Yahudi marah kepada orang ini, "Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.Sebetulnya didalam perjanjian lama, larangan untuk hari Sabat adalah orang tidak boleh melakukan pekerjaan mencari uang membuat hidup produktif, tidak percaya bahwa Tuhan akan memenuhi kebutuhan sekalipun dia tidak bekerja hari itu. Tetapi orang ini memikul tilam, jelas bukan pekerjaan yang mencari uang, tidak ada yang salah. Namun orang Yahudi sudah membuat peraturan-peraturan tambahan, apa yang bisa dikategorikan pekerjaan, dan menurut kategori mereka apa yang dilakukan orang ini melanggar Sabat.

Lalu apakah yang dilakukan orang itu? Ada 2 hal yang menarik.
1. Ayat 13: "Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu."
Dia terima kesembuhan, dia senang luar biasa, tapi bahkan untuk tahu apalagi kenal siapa yang memberi kesembuhan itu, dia tidak perduli.

2. Dengan cepat orang ini kemudian menyalahkan Yesus ketika dituding bersalah, dia berkata Yesuslah yang menyuruh dia mengangkat tilam dan berjalan. Itu sebabnya waktu Yesus bertemu dia di bait Allah, Yesus memperingatkan dia, "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." Tetapi apa yang dilakukan orang itu? Mendengar peringatan Yesus dia bukan bertobat, dia langsung pergi keluar dan bercerita kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesus yang menyembuhkan dia. Kira-kira dia bukan bersaksi tetapi menyalahkan dan menuding Yesus. Itu sebabnya dikatakan orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus.


Ada tiga perkataan Yesus yang sangat menarik untuk kita renungkan:
1. "Maukah engkau sembuh?" 
Seorang Theolog berkata pertanyaan Yesus ini meringkaskan masalah besar di dalam hidup manusia, karena jawaban kita atas pertanyaan ini menentukan apakah kita menerima atau menghambat pekerjaan anugerah Kristus di dalam hidup kita. Berapa sering kita mendengar janji Tuhan dan hati kita dihangatkan. Kita mendengar kotbah, hati kita tergerak. Kita pikir kita berespon, tapi kemudian kita mendengar lagi janji yang sama, kotbah yang sama, lalu kita tergerak dan dihangatkan lagi, tetapi tidak pernah ada perubahan yang sungguh di dalam hidup kita. Kenapa? Karena sekalipun kita tergerak, sekalipun kita berkata kita ingin sembuh, di dalam hati kita yang paling kecil kita tidak pernah ingin sembuh sebetulnya. Manusia seringkali salah menganggap bahwa mereka betul-betul sudah bertobat hanya dengan berpikir mereka mau bertobat. Keinginan bertobat, mau merubah, mau dipulihkan tetapi belum pernah bertobat dengan cara begitu. Hanya berpikir mau berubah dan bertobat.

Pada waktu kita mendengar janji Kristus, maukah kita sembuh, janji itu luar biasa, manis, indah dan banyak yang dengan senang berkata aku mau. Sampai kita sadar bahwa Tuhan adalah Tuhan yang juga menuntut kita. Ada banyak orang tertarik dengan ke-Kristen-an, dengan semua yang ditawarkan oleh Tuhan. Ada persekutuan saudara seiman, kegiatan di gereja, perhatiaan, pegangan dalam hidup, janji kekuatan, penghiburan dan seterusnya. Mereka tertarik dengan semua itu sampai mereka sadar bahwa ke-Kristen-an ternyata adalah pikul Salib, taat Tuhan Yesus sampai mati, mereka langsung tidak mau sembuh dan meninggalkan Tuhan Yesus.

Untuk kita yang belum Kristen pertanyaan, "Do you REALLY want to get well?" Bukan sekedar dari penyakit tubuh, tetapi dari kematian rohani, dari dosa dan hidupmu yang gelap yang tidak mengenal Tuhan penciptaMu. Selama kita belum pernah menjawab sungguh dihadapan Tuhan bahwa kita mau diampuni dosa, mau diselamatkan, sampai kapanpun kita tidak akan pernah terima keselamatan itu.

Bagi kita yang sudah bertahun-tahun menjadi orang Kristen, pertanyaan ini harus terus menerus kita jawab. Betul Tuhan sudah selamatkan kita, tetapi ada banyak kegelapan didalam hati kita, kepahitan, akar dosa yang tinggal menunggu waktu keluar lagi dan apabila kita biarkan akan menghancurkan kehidupan kita. Kita bisa terlihat baik, kita tutupi dosa itu seperti tidak ada apa-apa, tetapi dia masih ada disitu. Maka pertanyaan yang sama, kalau kita betul-betul ingin sepenuhnya disucikan oleh Tuhan, dibersihkan, dipulihkan, maka Tuhan juga akan tunjukan tuntutanNya kepada kita. Dia akan 'operasi' kita dengan anugerahNya. Dia akan tunjukan kebobrokan dalam hidup kita, dia mau buang semua itu dari diri kita. Betulkah kita mau Dia lakukan itu bagi kita?

Orang lumpuh itu berespon 'mau' pada pertanyaan tersebut, dia percaya dan mencoba dan betul dia alami anugerah kesembuhan itu. Tetapi dia berhenti sampai disitu, padahal Tuhan belum selesai dengan dia. Tuhan juga mungkin belum selesai dengan kita. Maukah kita sembuh?

2. "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." 
Kalimat Yesus yang kedua kepada kita yang dicatat oleh Yohanes. Sin no more. Orang ini ketika disalahkan orang-orang Yahudi ketika memikul tilam, cepat-cepat menyalahkan Yesus dan bukan saja itu dia kemudian pergi ke bait Allah, artinya orang ini orang religius. Dia kemungkinan ingin bersyukur, memberi persembahan atau pergi ke imam untuk mengkonfirmasi kesembuhan dia. Tetapi ketika Yesus bertemu dia, Yesus tahu persis isi hati orang ini yang walaupun sempat percaya, tetapi hatinya masih penuh dengan akar kejahatan. Walau terlihat religius, Yesus tau orang ini tidak bersedia sepenuhnya ikut, dibersihkan dan disucikan oleh Yesus, maka Yesus peringatkan dia.

Apa yang dimaksud dengan "supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk"? Mungkin yang dimaksud adalah konsekuensi dari dosa. Ketika kita berbuat dosa, walaupun kita minta ampun dan diampuni Tuhan, namun seringkali ada konsekuensi dosa yang harus kita pikul. Ada kesulitan, sakit hati, penderitaan, keluarga yang hancur dan banyak hal karena konsekuensi dosa. Atau mungkin yang dimaksud Yesus adalah penyakit orang ini selama 38 tahun adalah karena dosa, dan sekarang Dia memperingatkan dia jangan kira padamu bisa tidak terjadi yang lebih buruk lagi daripada 38 tahun itu. Atau mungkin peringatan Yesus menunjuk pada penghakiman terakhir.

Peringatan Yesus apapun juga sangat serius. Tapi orang ini langsung keluar dan menunjukan Yesus kepada orang-orang sehingga orang-orang kemudian menganiaya Yesus. Kenapa Yesus mau menolong orang sekurang-ajar ini?

3. "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga."
Mengingat kembali Yohanes menyusun injilnya seperti treasure hunt, tanda apa yang Yesus ingin berikan lewat peristiwa ini? Peristiwa ini menjadi masalah besar bagi Yesus karena terjadi pada hari Sabat. Apa maksud Yesus? Buat apa Yesus menyembuhkan orang ini di hari Sabat? Apa yang sebenarnya ingin ditunjukan oleh Yesus?

Seperti timezone negara yang berbeda, dimana membuat kita sulit berkomunikasi karena perbedaan zona waktu. Bagi orang Yahudi, hari itu adalah hari Sabat, yang penting bagi mereka adalah taat pada peraturan. Jawaban Yesus kira-kira seperti ini kepada mereka "Itu timezone-mu. Aku hidup di timezone yang berbeda. Timezone-mu adalah menjaga aturan Sabat, tidak boleh kerja, sembuhkan orang atau lakukan apapun. Bagi-Ku ini adalah waktunya bekerja, karena Aku berada di timezone yang sama dengan Bapa yang sedang bekerja." Selama ribuan tahun Allah merencanakan dan menjanjikan keselamatan bagi dunia yang hancur karena dosa dan satu kali nanti Allah akan tunggang balikkan lewat kehadiran Yesus dalam dunia, dan itulah saatnya. Timezonenya saat itu adalah saat yang Allah rencanakan ribuan tahun. Allah bekerja, Yesus harus bekerja saat itu. Allah sedang bekerja menghadirkan ciptaan baru, mengerjakan perubahan dalam dunia.

Apa pekerjaan yang dilakukan Bapa dan Yesus? Karya penebusan. Menjadikan dunia ini dunia baru, menghadirkan akhir jaman. Penderitaan dilenyapkan, orang-orang mulai dikuatkan, orang-orang berdosa diampuni, hidup kekal diberikan kepada orang-orang tidak layak sekalipun. Surga mulai dihadirkan di bumi saat itu. Itulah pekerjaan yang dilakukan Bapa dan Yesus kepada orang lumpuh itu, dan kepada kita. Yesus bukan tidak tahu kurang-ajarnya orang itu, tetapi ini bukan waktunya penghakiman, tetapi waktu untuk pekerjaan penebusan. Maka Dia tawarkan kepada orang itu, "Do you want to get well?", kalau engkau mau, Aku berikan kesembuhan. Bukankah ini sangat menghibur kita? Apabila kita melihat kembali kepada diri kita, kitapun akan bertanya-tanya kenapa Tuhan mau menyelamatkan kita?

Ketika kita melihat sepanjang perjalanan kita ikut Tuhan, berapa hancurnya, kurang-ajarnya kita kepada Tuhan, kita berdosa terus menerus, menghina, berjanji dan berbohong kepada Tuhan, bukankah seharusnya kita kagum dan gentar dihadapan Tuhan? Kenapa Tuhan tidak membuang tapi masih menawarkan kesembuhan kepada kita? Ini adalah masa anugerah. Yesus tahu kita akan terus berbuat dosa, melawan Dia lagi, maka Dia juga akan memberikan kalimat yang sama kepada kita untuk jangan berbuat dosa lagi. Yesus akan berulang kali menyampaikan bergantian 2 hal ini kepada setiap kita sampai masa penghakiman. Dan waktu itu kesempatan sudah habis.

Betapapun Yesus tahu orang yang Dia layani itu sangat kurang ajar, betapapun Yesus tahu Dia akan mengalami penderitaan karena menyembuhkan di hari Sabat, Dia tetap lakukan karena Dia berada di timezone yang sama dengan Bapa. Pertanyaan yang sangat penting bagi kita, apakah hari ini kita bisa berkata yang sama? "Bapa dan Yesus bekerja, akupun harus bekerja juga." Membawa orang kepada Yesus, menolong orang yang membutuhkan, menguatkan yang lemah, berapapun susahnya aku harus bekerja karena Bapa dan Yesus bekerja.

Didalam kesibukan keseharian kita, dapatkah kita mengatakan kita sedang di timezone yang sama dengan Bapa dan Yesus? Apakah gereja kita juga sedang melakukan pekerjaan yang sama dengan Bapa dan Yesus? Lebih sering kita pribadi hanya sedang main rohani-rohanian. Ke gereja menyanyikan pujian, ikut persekutuan, pelayanan, dengar kotbah, namun pernahkah kita bertanya "Hanya segitukah yang Tuhan mau kita lakukan?" Bapa dan Yesus bekerja sangat serius, apa yang kita lakukan? Benarkah kita berada di tempat dan pekerjaan yang sama? Gereja pun hanya mengikuti tradisi tanpa berpikir apa yang Tuhan mau kita lakukan hari ini. Kriterianya bukan tradisi tetapi ketaatan kepada firman Tuhan dan keterbukaan terhadap pimpinan Roh Kudus.

Sudahkah kita memakai semua momen untuk berdoa membawa jiwa kepada Tuhan? Maukah kita juga bekerja membawa jiwa kepada Tuhan? Berdoa, berusaha, bicara, ajak orang, lakukan sedikit bagian kita. Tidak hanya pada saat Natal, tapi selalu bertanya untuk kita pribadi dan untuk pelayanan kita di gereja, hanya inikah yang Tuhan mau saya lakukan? Apakah respon kita kepada firman Tuhan?







Sunday, November 20, 2016

Midweek Devotion: "Soli Deo Gloria" - G.I. Jonathan Prasetia - 16112016



Roma 11:33-36


Roma 11:36 (TB)
"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: bagi Dialah segala kemuliaan sampai selama-lamanya!"



Kapan terakhir kali kita memuji dan memuliakan Tuhan?

Lewat pujian tadi atau perenungan Firman?

Banyak dari orang Kristen justru lebih banyak mengeluh dibandingkan memuji atau memuliakan Tuhan.



Ketika menghadapi masa senang, mudah bagi kita untuk memuliakan Allah. Tapi ketika kita menghadapi hal yang tidak menyenangkan atau tidak lancar, kita lebih sering menggerutu dan sulit memuliakan Tuhan, kenapa?

1. Kita merasa diri lebih penting dari Tuhan. Ego kita lebih besar daripada Tuhan.
Beragam hal yang mengakibatkan ego kita lebih besar. Tuntutan orang tua dapat membuat ego kita menjadi besar atau lebih berpusat terhadap diri sendiri.
Kita yang melihat hal tersebut, jangan menjauhi orang tersebut, tapi rangkul dia dengan kasih Tuhan dan Tuhan dapat membawa orang itu kembali memuliakan Tuhan.



2. Kita tidak tahu tujuan memuliakan Tuhan. 
Zaman ini banyak dari kita berpikir dengan asas manfaat, "apa manfaatnya buat kita?"


Lukas 2:14 (TB)
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."


Matius 6:33 (TB)
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."

Fokusnya adalah memuliakan Tuhan bukan berkatNya. Bukan juga memuliakan Tuhan untuk mendapat berkat tertentu. Harus ada ketulusan dalam hati kita untuk memuliakan Tuhan. Tuhan mengetahui hati kita seperti apa.
Contoh: sikon Ahok dijadikan tersangka menista agama Islam, yang cemas malah kita, penduduknya, sedangkan Ahok tenang-tenang saja. Ahok percaya Tuhan yang berkarya dan berdaulat atas dirinya.


Mereka yang memuliakan diri sendiri selain Tuhan, sampai akhir mereka tidak akan dipuaskan. Hanya Tuhan yang dapat memuaskan diri kita.



Apa yang bisa kita wujudkan dalam kehidupan ke-Kristenan kita?

1. Dalam ibadah atau kebaktian
Tuhan memanggil setiap kita untuk beribadah, memuliakan Allah secara komunal.
Sudahkan kita memuliakan Allah dalam ibadah kita?


Contoh:

- Jemaat umum yang main handphone terus selama kebaktian. Apakah jemaat tersebut juga memuliakan Allah dalam keseharian dia?

- Keterlambatan menghadiri ibadah

- Ketika memuji Tuhan lewat pujian apakah kita menyanyikannya dari hati kita?



2. Dalam keseharian
:
- Didalam kehidupan kita dalam keluarga, dalam studi, dalam pekerjaan, apakah kita memuliakan Tuhan?

- Apakah ketika kita hendak memutuskan sesuatu atau bertindak, motivasinya untuk diri sendiri? Untuk kantor? Atau untuk Tuhan?

- Kita bisa memakai ayat Alkitab atau beraktivitas rohani tapi untuk diri sendiri

- Kalau untuk Tuhan, mengapa ketika kita ditinggal orang yang kita kasihi atau ada sesuatu yang diambil dari kita, kita marah?

** Tuhan melihat hati kita



Musa diproses Tuhan dari ke"aku"annya yang besar untuk diganti dengan "Akulah Aku" yang mengutus Musa.

Ketika ada sesuatu yang tidak benar terjadi, mari kita coba bicarakan, semuanya untuk memuliakan Tuhan. 
Jadikan hidup kita sebagai saksi Tuhan di tengah keseharian kita.

Sunday, November 13, 2016

Sunday Service: "Hati Yesus: Jiwa yang Berharga" - Pdt. Agus M.S. - 13112016

Markus 5 - Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa

Sebelum melepaskan orang Gerasa dari roh jahat banyak rentetan peristiwa yang terjadi. Yesus mengajar dan melakukan mujizat-mujizat. Dan ini menyatakan Yesus berkuasa atas sakit penyakit, alam semesta dan setan/iblis. 

Ada saat-saat dimana Yesus mengajar orang banyak tapi ada juga saat-saat dimana Yesus mengajar murid-murid secara khusus dan tersendiri. 

Markus 4:35-36
"Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia."

Kelompok yang mengikut Yesus:
  • orang banyak
  • Murid-murid
  • 12 murid (rasul) - orang-orang yang disiapkan untuk memuridkan orang lain 
Markus 3:14-19
"Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia."


Diantara pasal 4:36-5:21 Yesus tetap 'bertolak ke seberang' walaupun Yesus menghadapi resiko angin ribut (di tengah perjalanan) dan resiko penolakan daripada warga setempat. 

Saat Yesus mengusir roh jahat, kenapa dia mengijinkan permintaan roh jahat untuk memasuki babi-babi? Tuhan Yesus ingin mengajarkan kepada murid-murid betapa berharganya seorang jiwa, tidak bisa dibandingkan dengan harga 2000 ekor babi.

Yesus ingin muridnya melihat dan belajar untuk mempunyai hati yang mengingat bahwa jiwa sangat berharga dimata Tuhan.

Penduduk gerasa kemudian mendesak Yesus meninggalkan mereka karena merasa terusik/terganggu. Aneh bukan? Seharusnya mereka berterimakasih karena orang yang kerasukan dan sering mengganggu kedamaian tersebut sudah tidak ada. Namun mereka sudah tidak peduli karena sudah terbiasa dengan gangguan tersebut. Justru setelah Yesus hadir ditengah mereka dan melakukan kebaikan tersebut mereka malah merasa sangat dirugikan dengan hilangnya babi-babi tersebut. Mereka hidup bagi diri sendiri, selama itu menguntungkan mereka dan tidak mengusik kehidupan mereka. Sangat kontras dengan hidup Yesus sebagai servant leader. 

Bagaimana Kristus hidup? 

Filipi 2:5-8
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."
  • Tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan
  • Mengosongkan diriNya sendiri
  • Mengambil rupa seorang hamba
  • Menjadi sama dengan manusia
  • Taat sampai mati



Kenapa Yesus hidup dengan cara (selfless) demikian? Yesus bukan mau kita mempunyai Messiah syndrome. Namun Dia tidak ingin kita berfokus pada diri sendiri karena memang tidak ada cara lain untuk 'berbuah'. 

Yohanes 12:24
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah."

Ketika kita berbuah, identitas kita melekat dengan 'pohon' kita. Ketika kita berbuah kita melekat dengan identitas Allah. Yesus mengajarkan kita melalui contoh yang sangat jelas yaitu dirinya dalah hal multiplikasi. Seperti perkembang biakan generatif, biji gandum yang jatuh tetapi tidak mati hanyalah satu biji saja, tetapi bila jatuh dan mati akan bertumbuh menjadi pohon-pohon baru yang menghasilkan buah-buah baru.

Kapankah Yesus sungguh-sungguh menjadi nyata dalam kehidupan kita? Ketika kita sampai pada akhir dari ke'aku'an hidup kita.
Sudahkah pekerjaan Tuhan menjadi fokus kehidupan kita? Ataukah masih lebih sukakah kita pada kemampuan, kesuksesan dan peningkatan potensi diri? Sudahkah kita berbuah atau masihkah kita tetap satu biji saja?

Yohanes 21:17-19
"Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku? "Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku.""

Galatia 2:20
"Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."

Midweek Devotion: "Solus Christus" - G.I. Tatang Mulyadi - 09112016

Kisah Para Rasul 4 : 12
"Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."

Yohanes 14 : 6
"Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."

Kisah Para Rasul 3: Dengan dipenuhi Roh Kudus, Petrus berbicara di depan banyak orang tentang Yesus yang datang untuk menyelamatkan tapi ditolak dan disalibkan oleh orang banyak itu.

Kisah Para Rasul 4: Petrus dan Yohanes ditangkap dan dibawa ke Mahkamah Agung. Petrus dengan berani:
- Menyerukan bahwa Yesuslah satu-satunya jalan keselamatan
- Menyerukan pertobatan
Kenyataannya : Saat itu Petrus sedang menghakimi bukan dihakimi. Petrus menghakimi masyarakat yang mengaku taat beragama tetapi tidak menerima Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Juru selamat.


3 konsep:
1. Jalan
Perjanjian Lama banyak membicarakan tentang jalan manusia dan Tuhan
Ulangan 5: 32-33
(32) Maka lakukanlah semuanya itu dengan setia, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri.
(33) Segenap jalan, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, haruslah kamu jalani, supaya kamu hidup, dan baik keadaanmu serta lanjut umurmu di negeri yang akan kamu duduki.
Ulangan 31 : 29
(29) Sebab aku tahu, bahwa sesudah aku mati, kamu akan berlaku sangat busuk dan akan menyimpang dari jalan yang telah kuperintahkan kepadamu. Sebab itu di kemudian hari malapetaka akan menimpa kamu, apabila kamu berbuat yang jahat di mata TUHAN, dan menimbulkan sakit hati-Nya dengan perbuatan tanganmu."
Yesaya 30 : 21
(21) dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: "Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya," entah kamu menganan atau mengiri.
Yesaya 35 : 8
(8) Di situ akan ada jalan raya, yang akan disebutkan Jalan Kudus; orang yang tidak tahir tidak akan melintasinya, dan orang-orang pandir tidak akan mengembara di atasnya.
Mazmur 27 : 11
(11) Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, dan tuntunlah aku di jalan yang rata oleh sebab seteruku.
** Orang Yahudi mengetahui banyak jalan Tuhan tapi mengapa Tuhan mengatakan bahwa “Akulah Jalan”?
** Yesus adalah Jalan. Dia bukan hanya menunjukkan kepada kita Jalan itu, tapi Dia berjalan bersama dengan kita di jalan itu.

2. Kebenaran

Kebenaran bukan hanya sekedar kata-kata atau ide-ide, tetapi dilakukan / dihidupi untuk diteladani.
Mazmur 26 : 3
(3) Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu.
Mazmur 86 : 11
(11) Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu.
Mazmur 119 : 30
(30) Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku.
** Mengapa Yesus layak menjadi korban penebusan? Karena Dialah Sang Kebenaran itu.

3.Hidup

Hidup dicari oleh manusia. Kehidupan bersama Yesus adalah kehidupan yang sesungguhnya. Makna hidup sejati hanya dapat ditemukan bersama dengan Yesus
Amsal 6 : 23
(23) Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan,
Amsal 10 : 17
(17) Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.
Mazmur 16 : 11
(11) Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.


Hanya melalui Kristus kita dapat menemukan Jalan, Kebenaran, dan Hidup.
Dalam Lukas 2: 10 “Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: “
Mengapa disebut kesukaan besar?
Saat itu malaikat berbicara kepada para gembala. Disebut kesukaan besar karena sebelumnya mereka dalam kedukaan besar. Manusia ada dalam kegelapan, hidup dalam dosa – ada dalam maut.
Dengan usaha/ cara/ mengandalkan diri sendiri, manusia tidak akan dapat menemukan Jalan, Kebenaran dan Hidup. Hanya Kristus yang dapat membuka jalan bagi kita semua.

Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. “
Tuhan mengasihi kita dalam kegelapan dan menyatakan kasihNya bagi kita. KematianNya adalah untuk menyatakan kasihNya kepada kita.
Kristus mati untuk semua orang, tapi penebusan Kristus hanya dapat dirasakan bagi mereka yang percaya.

Ke 5-sola (Scriptura, Gratia, Fide, Christus, Soli Deo Gloria) saling terkait, saling terhubung dan tidak bisa terpisahkan. Dalam kelima sola kita dpt menemukan jantung dr Injil Kristus. 5 sola menjadi pondasi. Soli Deo Gloria merupakan puncak bahwa semua hanya untuk kemuliaan Allah.

Yang bisa dipelajari dari solus Christus adalah bahwa keselamatan hanya melalui Kristus, tidak ada yang lain.
Ada konsep-konsep yang salah bahwa dengan berbuat baik, kita dapat memperoleh keselamatan itu. Perbuatan baik merupakan respon ucapan syukur kita kepada Tuhan. Keselamatan adalah anugerah.

Mari tempatkan Kristus sebagai yang terutama dalam hidup kita, jadikan Dia pusat hidup kita.


Monday, November 7, 2016

Sunday Service: "Move on 2: Turn Back to Christ" - Pdt. Tommy Elim - 06112016

Keluaran 19 Tuhan menampakkan diri di Gunung Sinai

Kitab Keluaran :

-  Keluar dari …. (perbudakan Mesir (Keluaran 1-13), dari keluhan dan penderitaan)
Sama halnya dengan kita keluar dari perbudakan dosa menuju tanah perjanjian Ilahi
-  Menuju ke …. (tanah perjanjian Kanaan (Keluaran 14-40). Bukan hanya bicara tentang perjalanannya, tetapi aturan dan hukum Allah (poin-nya adalah Allah ingin me-reset ulang kembali israel setelah perbudakan, supaya mereka memiliki pola hidup yang berbeda jika sudah sampai di Kanaan).

Keluaran 19 menjadi sangat penting karena Allah menampakkan diri pada Israel dan menyatakan bahwa Ia menganggap Israel sebagai:

1. Harta kesayangan-Nya
 - Keluaran 19:5
(5)   Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.
Maleahki 3:16-18
(16) Beginilah berbicara satu sama lain orang-orang yang takut akan TUHAN: "TUHAN memperhatikan dan mendengarnya; sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takut akan TUHAN dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya." 
(17) Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri, firman TUHAN semesta alam, pada hari yang Kusiapkan. Aku akan mengasihani mereka sama seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani dia. 
(18) Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya. 
**Ilustrasi: seperti baju kesayangan kita yang hanya dipakai di-acara2 penting, baju yang paling kita sayang dan rawat.
- 2 Timotius 2:20
(20) Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. 
**Ilustrasi: Seperti gelas langka di museum, yang sangat tinggi nilainya vs gelas air minum biasa

2. Kerajaan imam, bangsa yang kudus (Keluaran 19:6)

Keluaran 19:9-20 Allah menyatakan diriNya. Allah menebus Israel bukan hanya untuk terbebas dari Mesir, tetapi juga supaya Israel bisa menjadi anak2 yang berkenan bagi Allah, yang berjalan dalam kekudusan dan menjalankan kehendak Allah.

Bagaimana kita bisa menjadi harta kesayangan Tuhan?

Dengan menguduskan diri
- Keluaran 19:10
(10) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah kepada bangsa itu; suruhlah mereka menguduskan diri pada hari ini dan besok, dan mereka harus mencuci pakaiannya. 
- Maleakhi 3:16
(16) Beginilah berbicara satu sama lain orang-orang yang takut akan TUHAN: "TUHAN memperhatikan dan mendengarnya; sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takut akan TUHAN dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya." 
- 2 Timotius 2:21
(21) Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. 

Tindakan yang melambangkan menguduskan diri dalam Keluaran 19 ayat:

(11) Mencuci pakaian
(12) Memasang batas
(12) Jangan mendaki gunung dan mengenai kakinya
(13) Tidak boleh meraba
(15) Jangan bersetubuh

Anugerah Tuhan tidak murahan. Betul kita anak kesayangan Allah, tapi jangan sampai kita kurang ajar. Menjadi anak kesayangan berarti menjadi seturut dengan apa maunya si Ayah.

Perbedaan anak nakal dan kurang ajar : 
Anak nakal: kadang kala jatuh, gagal, badung tapi tetap seorang anak yang menghargai orang tua Anak kurang ajar: tidak menghargai orang tua
Jangan pikir bisa menjadi kesayangan Tuhan kalau kita tidak mengupayakan kekudusan dalam hidup kita. Pada zaman ini kekudusan menjadi hal yang sulit/langka. Seringkali kita justru bermain dengan kekudusan, dengan dosa. Allah menuntut kita untuk kudus.

Respon Israel ketika diminta untuk menguduskan diri: mereka menundukkan diri dan mau untuk hidup kudus. Mengapa Israel mau untuk melakukan hal tersebut?


Akar pengudusan:

1. Mengalami perjumpaan dengan Allah (Keluaran 19:17,20)
(17) Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung.
(20) Lalu turunlah TUHAN ke atas gunung Sinai, ke atas puncak gunung itu, maka TUHAN memanggil Musa ke puncak gunung itu, dan naiklah Musa ke atas.

Mereka mengalami kekudusan Allah yg melingkupi/menudungi mereka sehingga mereka bisa taat. Wujud kehadiran Allah dinyatakan dalam:

(9)   awan tebal
(16) guruh, kilat, awan padat, bunyi sangkakala
(18) asap dan gunung gemetar
(19) bunyi sangkakala, guruh

2. Hormat dan takut akan Tuhan

Sama seperti Yesaya yang mengalami hadirat Allah, dia memberikan diri untuk diutus Allah. Seringkali kita jatuh, tidak hidup kudus karena seringkali kita mengandalkan diri kita sendiri, bukannya mengandalkan kekuatan Allah.
“Kalau bukan Tuhan yang menjaga saya, tidak mungkin saya bisa setia.”

Refleksi: Apakah hadirat Allah nyata dalam hidup kita dan menguasai kita?

Dulu (waktu baru hidup baru) bisa tetapi sekarang sulit, mengapa? Mungkin karena saat itu kita dikuasai hadirat Allah.
Wahyu 2:4-5
(4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
(5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

ingat kembali akan kasih mula-mula (perjumpaan kembali dengan Allah)

Kembali pada hadirat Allah dan tunduk kepada Allah. Hadirat Allah yang akan memberikan kita kekuatan untuk hidup kudus dan taat kepadaNya.

TURN BACK TO CHRIST!!