Tuesday, November 22, 2016

Sunday Service: "Hati Yesus: Hati yang Penuh Belas Kasihan" - Pdt. Jeffrey Siauw - 112016

Yohanes 5 : 1-18

Injil Yohanes adalah injil yang sangat unik, ada banyak peristiwa yang tidak dicatat didalam injil lainnya (Matius, Markus, Lukas). Yohanes terkadang menulis dengan menggunakan simbol-simbol yang membuat kita perlu merenung, berpikir lebih lanjut sebelum kita bisa mengerti maksudnya.

N.T. Wright, seorang ahli perjanjian baru mengatakan, Yohanes menyusun injilnya seperti orang membuat treasure hunt. Sebuah game perburuan harta karun dimana kita harus mengikuti petunjuk-petunjuk di jalan. Petunjuk yang satu menunjuk kepada petunjuk yang lain, makin lama makin jelas dan lengkap gambarannya, sampai bertemu harta karun. Mirip seperti itu, Yohanes menyusun injilnya dengan petunjuk-petunjuk disepanjang jalan injilnya untuk kita ikuti, sampai kita mendapatkan sepenuhnya apa yang ingin ia sampaikan. Yohanes menggunakan istilah yang sederhana untuk petunjuk-petunjuk itu, dia menyebutnya sebagai 'tanda' ('sign').

Setelah kisah perkawinan di Kana, di pasal ke-dua, dimana Yesus merubah air menjadi anggur, Yohanes khusus memberitahu kita bahwa itu adalah tanda yang pertama. Kemudian setelah Yesus menyembuhkan anak pegawai istana, di pasal yang ke-empat, dia berkata lagi "Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus...." Dan Yohanes berkata ada banyak tanda yang dibuat Yesus, bahkan masih banyak tanda lagi yang ia tidak catat di dalam injilnya. Tetapi setelah tanda yang kedua, Yohanes tidak lagi menyebutkan tanda yang berikutnya, dia minta kita untuk menghitung sendiri. Dan kalau kita teruskan hitungan Yohanes, kisah yang kita baca di pasal lima adalah tanda yang ke-tiga.

Apa yang disampaikan Yohanes melalui tanda yang ke-tiga ini?
Apa yang terjadi di sana?

Setting peristiwa ini di Yerusalem, pada hari raya orang Yahudi, bisa dibayangkan bahwa pada waktu itu Yerusalem sangat penuh dengan orang karena banyak orang Yahudi berbondong-bondong dari berbagai kota datang ke Yerusalem. Peristiwa ini terjadi disebuah kolam yang bernama Betesda. Kolam ini pada saat itu mempunyai banyak cerita yang beredar tentangnya sehingga dikenal sebagai tempat kesembuhan. Dipercaya bahwa terkadang air kolam itu bergoncang, dan menurut banyak cerita yang beredar barangsiapa yang masuk ke dalam kolam itu pertama kali setelah kolam itu bergoncang maka dia yang akan menjadi sembuh, apapun penyakitnya.

Itu sebabnya ada ayat ke-empat, "Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya." 

Ayat ke-empat dalam bahasa Inggris, ayat ini seperti dihilangkan. Namun bukan dihilangkan sebetulnya, Alkitab bahasa Indonesia yang menambahkan ayat tersebut. Dalam Alkitab bahasa Mandarinpun ada yang dimasukkan ada yang menggunakan tanda kurung. Karena didalam naskah-naskah Alkitab yang paling kuno ayat empat ini tidak ada, tetapi dibeberapa naskah Alkitab yang kemudian, ayat empat ini muncul. Maka dipastikan ayat ke-empat ini ditambahkan oleh beberapa orang yang menyalin Alkitab, tetapi bukan dituliskan oleh Yohanes sendiri. Ayat ini ditambahkan untuk menjelaskan bahwa inilah yang dipercaya orang Yahudi bahwa goncangan kolam itu disebabkan oleh malaikat. Tetapi tidak ada yang tahu pasti sebetulnya apakah ada orang yang betul-betul sembuh. Juga tidak ada yang tahu pasti berapa banyak orang yang betul-betul mengalami kesembuhan dengan cara 'nyemplung' ke kolam ketika bergoncang.

Tetapi bisa dibayangkan cerita-cerita seperti ini populer beredar dengan sangat luas, dan membuat kolam Betesda menjadi sangat terkenal. Banyak orang menggantungkan harapannya pada kolam tersebut, dan pada hari raya ketika itu mungkin bahkan ada lebih banyak orang lagi berbaring di sekitar kolam Betesda. Ratusan orang mungkin ada di situ. Dan orang-orang tersebut kemungkinan besar bukan orang dengan penyakit biasa. Mereka dengan penyakit-penyakit yang tidak bisa disembuhkan dijaman itu. Dicatat oleh Yohanes, ada orang-orang buta, timpang, lumpuh, dan sangat mungkin ada orang-orang miskin yang mengemis disitu, yang tidak bisa berobat dan hanya berharap mendapat kesembuhan di kolam itu. Mereka bukan hanya berbaring tapi siap untuk saling menginjak supaya bisa lebih dulu masuk kedalam kolam itu.

Maka kolam Betesda menjadi wajah penderitaan manusia yang luar biasa yang ditampilkan di tempat itu. Tiga macam penyakit yang disebutkan Yohanes ini sebetulnya adalah tiga macam penyakit yang tidak mungkin sembuh dengan cara berbaring disekitar kolam Betesda. Bagaimana orang timpang, lumpuh dan terutama orang buta bisa dapat masuk duluan ke dalam kolam itu. Bagaimana orang buta tahu kolam itu sedang bergoncang? Tidak mungkin dia dapat sembuh hanya dengan berbaring di sekitar kolam. Itu sebabnya orang-orang ini menjadi orang-orang frustasi dan tidak ada harapan. Itu sebabnya sampai dikatakan ada yang sampai 38 tahun berbaring disana. Berkali-kali dalam hidupnya dia mungkin mengalami perjuangan menuju kolam tetapi tidak pernah berhasil. Betapa frustasinya orang seperti ini, dan ketika Yesus lewat dan Dia melihat orang itu berbaring disitu, pertanyaan pertama Yesus kepadanya adalah "Maukah engkau sembuh?" ("Do you want to get well?")

Bagi kita pertanyaan ini mungkin aneh, karena untuk apa orang ini selama 38 tahun berbaring disitu kalau dia tidak mau sembuh. Tetapi disisi lain pertanyaan ini sangat penting, orang ini tidak minta disembuhkan, sekian lama dia berada disitu mungkin dia sudah tidak tahu lagi untuk apa dia berada disitu. Dia mungkin hanya mengemis disitu dan kalau itu betul mungkin kalau sembuh dia malah takut mata pencaharian dia hilang. Maka justru karena Yesus tahu orang ini sudah lama begitu, Yesus bertanya, "Maukah engkau sembuh?"

Pertanyaan itu pasti menyentakan dia. "Maukah aku sembuh? Masih maukah aku sembuh?" Dulu ketika pertama dia berbaring di sekitar kolam Betesda, dia sangat jelas dia ingin sembuh. Tapi setelah 38 tahun lamanya dia disitu mungkin sudah kehilangan harapan untuk sembuh sama sekali. Ketika pertama kolam bergoncang dia masih berusaha masuk ke kolam tapi selalu keduluan orang lain. Dia mungkin mencoba minta tolong kepada orang lain namun 38 tahun harapannya musnah. Dan pertanyaan itu mengembalikan kesadarannya akan pengharapan kesembuhan itu.

Jawaban orang ini lebih berupa jeritan hati, amarah, aduan-nya yang terpendam selama ini, dia berkata, "Tuhan (Tuan), tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Yesus dengan sederhana berkata, "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Bayangkan suasananya, tiba-tiba dia merasakan kekuatan di kaki, dia percaya dengan kata-kata Yesus, dia mencoba berdiri, kakinya yang kecil tiba-tiba membesar, ada otot-otot yang membesar. Dia mencoba untuk berdiri dan betul dia bisa berdiri, dia mungkin mulai menjerit-jerit, mulai melompat kesana kemari, bersukacita luar biasa, perasaan dia amat sangat senang. Tetapi nada cerita tiba-tiba berubah di ayat 9b, "Tetapi hari itu hari Sabat."

Orang-orang Yahudi marah kepada orang ini, "Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.Sebetulnya didalam perjanjian lama, larangan untuk hari Sabat adalah orang tidak boleh melakukan pekerjaan mencari uang membuat hidup produktif, tidak percaya bahwa Tuhan akan memenuhi kebutuhan sekalipun dia tidak bekerja hari itu. Tetapi orang ini memikul tilam, jelas bukan pekerjaan yang mencari uang, tidak ada yang salah. Namun orang Yahudi sudah membuat peraturan-peraturan tambahan, apa yang bisa dikategorikan pekerjaan, dan menurut kategori mereka apa yang dilakukan orang ini melanggar Sabat.

Lalu apakah yang dilakukan orang itu? Ada 2 hal yang menarik.
1. Ayat 13: "Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu."
Dia terima kesembuhan, dia senang luar biasa, tapi bahkan untuk tahu apalagi kenal siapa yang memberi kesembuhan itu, dia tidak perduli.

2. Dengan cepat orang ini kemudian menyalahkan Yesus ketika dituding bersalah, dia berkata Yesuslah yang menyuruh dia mengangkat tilam dan berjalan. Itu sebabnya waktu Yesus bertemu dia di bait Allah, Yesus memperingatkan dia, "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." Tetapi apa yang dilakukan orang itu? Mendengar peringatan Yesus dia bukan bertobat, dia langsung pergi keluar dan bercerita kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesus yang menyembuhkan dia. Kira-kira dia bukan bersaksi tetapi menyalahkan dan menuding Yesus. Itu sebabnya dikatakan orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus.


Ada tiga perkataan Yesus yang sangat menarik untuk kita renungkan:
1. "Maukah engkau sembuh?" 
Seorang Theolog berkata pertanyaan Yesus ini meringkaskan masalah besar di dalam hidup manusia, karena jawaban kita atas pertanyaan ini menentukan apakah kita menerima atau menghambat pekerjaan anugerah Kristus di dalam hidup kita. Berapa sering kita mendengar janji Tuhan dan hati kita dihangatkan. Kita mendengar kotbah, hati kita tergerak. Kita pikir kita berespon, tapi kemudian kita mendengar lagi janji yang sama, kotbah yang sama, lalu kita tergerak dan dihangatkan lagi, tetapi tidak pernah ada perubahan yang sungguh di dalam hidup kita. Kenapa? Karena sekalipun kita tergerak, sekalipun kita berkata kita ingin sembuh, di dalam hati kita yang paling kecil kita tidak pernah ingin sembuh sebetulnya. Manusia seringkali salah menganggap bahwa mereka betul-betul sudah bertobat hanya dengan berpikir mereka mau bertobat. Keinginan bertobat, mau merubah, mau dipulihkan tetapi belum pernah bertobat dengan cara begitu. Hanya berpikir mau berubah dan bertobat.

Pada waktu kita mendengar janji Kristus, maukah kita sembuh, janji itu luar biasa, manis, indah dan banyak yang dengan senang berkata aku mau. Sampai kita sadar bahwa Tuhan adalah Tuhan yang juga menuntut kita. Ada banyak orang tertarik dengan ke-Kristen-an, dengan semua yang ditawarkan oleh Tuhan. Ada persekutuan saudara seiman, kegiatan di gereja, perhatiaan, pegangan dalam hidup, janji kekuatan, penghiburan dan seterusnya. Mereka tertarik dengan semua itu sampai mereka sadar bahwa ke-Kristen-an ternyata adalah pikul Salib, taat Tuhan Yesus sampai mati, mereka langsung tidak mau sembuh dan meninggalkan Tuhan Yesus.

Untuk kita yang belum Kristen pertanyaan, "Do you REALLY want to get well?" Bukan sekedar dari penyakit tubuh, tetapi dari kematian rohani, dari dosa dan hidupmu yang gelap yang tidak mengenal Tuhan penciptaMu. Selama kita belum pernah menjawab sungguh dihadapan Tuhan bahwa kita mau diampuni dosa, mau diselamatkan, sampai kapanpun kita tidak akan pernah terima keselamatan itu.

Bagi kita yang sudah bertahun-tahun menjadi orang Kristen, pertanyaan ini harus terus menerus kita jawab. Betul Tuhan sudah selamatkan kita, tetapi ada banyak kegelapan didalam hati kita, kepahitan, akar dosa yang tinggal menunggu waktu keluar lagi dan apabila kita biarkan akan menghancurkan kehidupan kita. Kita bisa terlihat baik, kita tutupi dosa itu seperti tidak ada apa-apa, tetapi dia masih ada disitu. Maka pertanyaan yang sama, kalau kita betul-betul ingin sepenuhnya disucikan oleh Tuhan, dibersihkan, dipulihkan, maka Tuhan juga akan tunjukan tuntutanNya kepada kita. Dia akan 'operasi' kita dengan anugerahNya. Dia akan tunjukan kebobrokan dalam hidup kita, dia mau buang semua itu dari diri kita. Betulkah kita mau Dia lakukan itu bagi kita?

Orang lumpuh itu berespon 'mau' pada pertanyaan tersebut, dia percaya dan mencoba dan betul dia alami anugerah kesembuhan itu. Tetapi dia berhenti sampai disitu, padahal Tuhan belum selesai dengan dia. Tuhan juga mungkin belum selesai dengan kita. Maukah kita sembuh?

2. "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." 
Kalimat Yesus yang kedua kepada kita yang dicatat oleh Yohanes. Sin no more. Orang ini ketika disalahkan orang-orang Yahudi ketika memikul tilam, cepat-cepat menyalahkan Yesus dan bukan saja itu dia kemudian pergi ke bait Allah, artinya orang ini orang religius. Dia kemungkinan ingin bersyukur, memberi persembahan atau pergi ke imam untuk mengkonfirmasi kesembuhan dia. Tetapi ketika Yesus bertemu dia, Yesus tahu persis isi hati orang ini yang walaupun sempat percaya, tetapi hatinya masih penuh dengan akar kejahatan. Walau terlihat religius, Yesus tau orang ini tidak bersedia sepenuhnya ikut, dibersihkan dan disucikan oleh Yesus, maka Yesus peringatkan dia.

Apa yang dimaksud dengan "supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk"? Mungkin yang dimaksud adalah konsekuensi dari dosa. Ketika kita berbuat dosa, walaupun kita minta ampun dan diampuni Tuhan, namun seringkali ada konsekuensi dosa yang harus kita pikul. Ada kesulitan, sakit hati, penderitaan, keluarga yang hancur dan banyak hal karena konsekuensi dosa. Atau mungkin yang dimaksud Yesus adalah penyakit orang ini selama 38 tahun adalah karena dosa, dan sekarang Dia memperingatkan dia jangan kira padamu bisa tidak terjadi yang lebih buruk lagi daripada 38 tahun itu. Atau mungkin peringatan Yesus menunjuk pada penghakiman terakhir.

Peringatan Yesus apapun juga sangat serius. Tapi orang ini langsung keluar dan menunjukan Yesus kepada orang-orang sehingga orang-orang kemudian menganiaya Yesus. Kenapa Yesus mau menolong orang sekurang-ajar ini?

3. "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga."
Mengingat kembali Yohanes menyusun injilnya seperti treasure hunt, tanda apa yang Yesus ingin berikan lewat peristiwa ini? Peristiwa ini menjadi masalah besar bagi Yesus karena terjadi pada hari Sabat. Apa maksud Yesus? Buat apa Yesus menyembuhkan orang ini di hari Sabat? Apa yang sebenarnya ingin ditunjukan oleh Yesus?

Seperti timezone negara yang berbeda, dimana membuat kita sulit berkomunikasi karena perbedaan zona waktu. Bagi orang Yahudi, hari itu adalah hari Sabat, yang penting bagi mereka adalah taat pada peraturan. Jawaban Yesus kira-kira seperti ini kepada mereka "Itu timezone-mu. Aku hidup di timezone yang berbeda. Timezone-mu adalah menjaga aturan Sabat, tidak boleh kerja, sembuhkan orang atau lakukan apapun. Bagi-Ku ini adalah waktunya bekerja, karena Aku berada di timezone yang sama dengan Bapa yang sedang bekerja." Selama ribuan tahun Allah merencanakan dan menjanjikan keselamatan bagi dunia yang hancur karena dosa dan satu kali nanti Allah akan tunggang balikkan lewat kehadiran Yesus dalam dunia, dan itulah saatnya. Timezonenya saat itu adalah saat yang Allah rencanakan ribuan tahun. Allah bekerja, Yesus harus bekerja saat itu. Allah sedang bekerja menghadirkan ciptaan baru, mengerjakan perubahan dalam dunia.

Apa pekerjaan yang dilakukan Bapa dan Yesus? Karya penebusan. Menjadikan dunia ini dunia baru, menghadirkan akhir jaman. Penderitaan dilenyapkan, orang-orang mulai dikuatkan, orang-orang berdosa diampuni, hidup kekal diberikan kepada orang-orang tidak layak sekalipun. Surga mulai dihadirkan di bumi saat itu. Itulah pekerjaan yang dilakukan Bapa dan Yesus kepada orang lumpuh itu, dan kepada kita. Yesus bukan tidak tahu kurang-ajarnya orang itu, tetapi ini bukan waktunya penghakiman, tetapi waktu untuk pekerjaan penebusan. Maka Dia tawarkan kepada orang itu, "Do you want to get well?", kalau engkau mau, Aku berikan kesembuhan. Bukankah ini sangat menghibur kita? Apabila kita melihat kembali kepada diri kita, kitapun akan bertanya-tanya kenapa Tuhan mau menyelamatkan kita?

Ketika kita melihat sepanjang perjalanan kita ikut Tuhan, berapa hancurnya, kurang-ajarnya kita kepada Tuhan, kita berdosa terus menerus, menghina, berjanji dan berbohong kepada Tuhan, bukankah seharusnya kita kagum dan gentar dihadapan Tuhan? Kenapa Tuhan tidak membuang tapi masih menawarkan kesembuhan kepada kita? Ini adalah masa anugerah. Yesus tahu kita akan terus berbuat dosa, melawan Dia lagi, maka Dia juga akan memberikan kalimat yang sama kepada kita untuk jangan berbuat dosa lagi. Yesus akan berulang kali menyampaikan bergantian 2 hal ini kepada setiap kita sampai masa penghakiman. Dan waktu itu kesempatan sudah habis.

Betapapun Yesus tahu orang yang Dia layani itu sangat kurang ajar, betapapun Yesus tahu Dia akan mengalami penderitaan karena menyembuhkan di hari Sabat, Dia tetap lakukan karena Dia berada di timezone yang sama dengan Bapa. Pertanyaan yang sangat penting bagi kita, apakah hari ini kita bisa berkata yang sama? "Bapa dan Yesus bekerja, akupun harus bekerja juga." Membawa orang kepada Yesus, menolong orang yang membutuhkan, menguatkan yang lemah, berapapun susahnya aku harus bekerja karena Bapa dan Yesus bekerja.

Didalam kesibukan keseharian kita, dapatkah kita mengatakan kita sedang di timezone yang sama dengan Bapa dan Yesus? Apakah gereja kita juga sedang melakukan pekerjaan yang sama dengan Bapa dan Yesus? Lebih sering kita pribadi hanya sedang main rohani-rohanian. Ke gereja menyanyikan pujian, ikut persekutuan, pelayanan, dengar kotbah, namun pernahkah kita bertanya "Hanya segitukah yang Tuhan mau kita lakukan?" Bapa dan Yesus bekerja sangat serius, apa yang kita lakukan? Benarkah kita berada di tempat dan pekerjaan yang sama? Gereja pun hanya mengikuti tradisi tanpa berpikir apa yang Tuhan mau kita lakukan hari ini. Kriterianya bukan tradisi tetapi ketaatan kepada firman Tuhan dan keterbukaan terhadap pimpinan Roh Kudus.

Sudahkah kita memakai semua momen untuk berdoa membawa jiwa kepada Tuhan? Maukah kita juga bekerja membawa jiwa kepada Tuhan? Berdoa, berusaha, bicara, ajak orang, lakukan sedikit bagian kita. Tidak hanya pada saat Natal, tapi selalu bertanya untuk kita pribadi dan untuk pelayanan kita di gereja, hanya inikah yang Tuhan mau saya lakukan? Apakah respon kita kepada firman Tuhan?







No comments:

Post a Comment