Thursday, June 15, 2017

Midweek Devotion: "Christian Faith: Walk By Faith Not By Sight" - Pdt Budhiono Lie - 14062017


Bacaan Alkitab: Ibrani 11:1 – 3
(1) Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
(2) Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita.
(3) Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.





Mengapa banyak orang Kristen menjadi kecewa dan meninggalkan gereja dan Tuhan?
Tidak tahan penderitaan
Pasal 10: Pokok permasalahannya adalah penderitaan yang terus menerus. Di awal mengalami penderitaan, mereka dapat bersukacita, tapi ini terus menerus.
Pasal 11: Penulis kitab Ibrani memakai teladan iman dari tokoh-tokoh Perjanjian Lama
Pasal 12: Penilis kitab Ibrani memakai teladan iman dari Kristus yang mengalami penderitaan dan menjelaskan arti dari kasih Bapa.




Iman bagaimana yang dipunyai oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama?
  1. Iman adalah dasar (hypostasis) dari segala yang kita harapkan
    - Ibrani 1: 3a “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud (hakekat) Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.
    Kata “gambar wujud” menggunakan kata hypostasis. Iman berarti gambar wujud (hakekat).

    - Ibrani 3: 14 “Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula
    Kata “keyakinan” menggunakan kata hypostasis. Iman berarti keyakinan.


    1. Iman sebagai realitas yang paling fundamental / dasar (LAI)

    Tanpa iman, kita tidak mungkin punya pengharapan. Dasar dari iman merupakan pengharapan akan janji Allah (Firman Allah) kepada umat-Nya. Realitas yang fundamental ini bukan didasarkan pada pengalaman, tetapi pada pengharapan yaitu janji-janji Allah melalui Firman-Nya
    Ibrani 11: 3 “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.
    Kita bukan menafsirkan Alkitab dengan pengalaman kita, justru Alkitab yang menafsirkan pengalaman kita. Kalau kita menafsirkan Alkitab dengan pengalaman kita, jika ada yang tidak sesuai dengan tafsiran kita, iman kita menjadi goncang. Contohnya: ketika Tuhan mengabulkan doa kita, kita menafsirkan “ketuklah maka pintu akan dibukakan” bahwa Tuhan pasti akan mengabulkan doa kita. Ketika Tuhan menjawab “tida”, iman kita jadi goncang.

    2. Iman sebagai keyakinan = penyerahan diri (totalitas berserah kepada Tuhan)

    Contoh: Abraham yang disuruh Allah untuk pergi, dengan totalitas dia ikut apa maunya Tuhan. Nuh disuruh Allah untuk membuat bahtera, dengan totalitas dia membuat bahtera itu walau orang-orang menganggap dia gila. Terkadang keinginan kita adalah Tuhan ikut apa maunya kita bukan kita yang ikut maunya Tuhan. Waktu Yesus khotbah di bukit dan 5000 orang datang dan dikasih makan. Yang mereka cari adalah supaya Tuhan mengabulkan apa yang mereka mau >> makan.



  2. Dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat
    1. Segala sesuatu yang tidak kita lihat : hal-hal yang bersifat rohani : Allah bekerja dengan cara yang misterius
    (Kata“Alam semesta” dalam Ibrani 11:3 menggunakan kata “ainos” bukan “cosmos” yang berarti jaman dijadikan oleh Firman Allah/Allah yang tidak kelihatan atau alam semesta diciptakan Allah dari tidak ada menjadi ada >> yang terlihat dari yang tidak terlihat). Dalam setiap tokoh Perjanjian Lama, Allah bekerja dengan cara yang unik. Ada anak Tuhan yang hidup baik, tapi ada juga yang hidupnya tidak baik.

    Roma 8 : 28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

    2. Segala sesuatu yang tidak kita lihat : Penciptaan : Allah yang mengontrol segala sesuatu.
    Bukan berarti iman para tokoh Perjanjian Lama itu sesuatu yang tidak masuk akal, tetapi melampaui akal (pakai cara Allah). Mereka tidak mengalami janji Tuhan tetapi mereka tetap setia. Kita tidak bisa melihat cara Allah, tapi kita bisa terus percaya pada janji Allah.





Selama ini kita menjadi orang Kristen, apakah kita sungguh orang yang beriman?

Apakah kita sungguh-sungguh berserah kepada Tuhan dan mau ikut Tuhan?

No comments:

Post a Comment