Tuesday, December 20, 2016

Sunday Service: "Anak-Anak yang Hilang" - Pdt. Riko Tan - 11122016

Lukas 15:1-3, 11-32 Perumpamaan tentang anak yang hilang

Buku "Keajaiban Kasih Karunia"
Dikisahkan seorang pengurus gereja yang sibuk pelayanan di Gereja. Dia memiliki anak perempuan (17 tahun). Relasi dengan anaknya kurang bagus. Si anak sering berontak dan berselisih dengan ayahnya. Si ayah sibuk dan tidak punya waktu buat si anak. Suatu malam si ayah terbangun karena mendengar pintu terbuka. Dia lihat anaknya baru pulang pukul 02.00 pagi dengan berpakaian tanktop dan celana. Dan ternyata ada tato di badan anaknya. Di pusarnya ada anting-anting dan mulutnya berbau alkohol. Sang Ayah marah kepada anak itu dan ribut ribut hingga mengeluarkan kata-kata yang seharusnya tidak diucapkan. "Papa pelayanan di gereja tapi perilaku kamu seperti pelacur!". Si anak marah dan langsung naik ke kamar dan membanting pintu. Sang ayah menggedor-gedor pintu dan lama-lama mulai turun emosinya dan dia panggil nama anaknya dengan lembut, "Keluar nak, papa mau bicara." Si anak menjawab, "Papa, I hate you."

Pagi-pagi si anak kabur dan mencari tempat yang tidak mungkin ditemui ayahnya. Dia pergi ke Bangkok, Thailand dan dia merasa bebas. Dia hidup berfoya-foya, makan, minum, seks sebebasnya. Di suatu diskotik dia bertemu ketua geng dan dipelihara sebagai wanita simpanan. Anak itu merasa semakin bebas dan tidak peduli. Makin tahun si anak perempuan semakin kurus dan sakit-sakitan. Dan akhirnya dia dibuang begitu saja oleh ketua geng. Dia tidak punya kemampuan apa-apa tapi dia butuh makan dan drugs. Akhirnya dia menjadi pelacur di jalan. Singkat cerita, si anak ternyata terkena HIV dan akhirnya tidak ada germo yang mau menampung dia lagi. Dia diusir dan tidur di emperan toko, dan terus menerus diusir dari satu toko ke toko lain. Kemudian dia teringat akan rumah papanya. Di rumah papanya, pembantu dan pegawai hidup bisa makan dengan enak. Dia ingin kembali dengan uang seadanya, dia SMS papanya dan berkata mau pulang. Dia menjual HP dan kembali ke kotanya. Orang-orang yang datang dari Bangkok membawa koper-koper, namun si anak perempuan ini tidak membawa koper, hanya bawa baju yang di badan. Di pesawat memikirkan, kenapa harus pulang, siapa tahu SMS tidak sampai, takut tidak diterima orang tuanya dan keluarganya yang lain. Dia memikirkan kalau ketemu, mau bicara apa. Dengan langkah perlahan, dia keluar dari pintu gerbang bandara. Dia lihat kiri dan kanan, dia kaget, semua keluarga datang merayakan kepulangan anak itu. Begitu lihat papanya, papaya lari memeluk anak itu. Sudah begitu lama, dia tidak merasakan pelukan papa yang hangat. Dia tidak dapat berkata apa-apa, hanya bisa berkata, "Papa, sorry." Papanya menjawab "Sst.. Ayo pulang, mama sudah masak dan teman-teman kamu sudah datang."

Inilah kisah si Bungsu yang kembali ke rmh Bapa. Inilah hati Bapa. Tidak peduli seberapa besar dosa kita, Dia yang lari mendapatkan kita. Tidak ada dosa yang tidak bisa diampuni Bapa. Dengan tidak percaya bahwa dosa bisa diampuni berarti menghujat Roh Kudus. Salah satu karya Roh Kudus adalah memerdekakan dosa. Ada Tuhan Yesus yang memerdekakan kita dari dosa. Dia sudah menderita bagi kita. Selalu ada bayang-bayang salib di palungan.

Gambaran salib Tuhan
Tangan kita yang melakukan dosa, tetapi Tangan Tuhan dipaku.
Kaki kita yang pergi ke tempat yang tidak beres, tetapi kaki Tuhan yang dipaku. Kain penutup aurat Tuhan yang digambarkan kebanyakan orang-orang ataupun film, sebenarnya tidak ada. Yesus ditelanjangi. Manusia yang berbuat tidak senonoh tetapi Tuhan yang dipertontonkan, dipermalukan. Dosa yang paling jijik sekalipun, saat kita mengakui, Tuhan pasti mengampuni. Begitulah hati Tuhan.

Tapi pasal 15 tidak berhenti di situ. Di ayat 28-30 ada anak sulung yang tidak suka. Si Sulung sudah menahan diri dari kesenangan dunia dan terus tunduk kepada Bapa dan tidak melanggar ketentuan Bapa, tidak berfoya-foya, tidak menista Bapanya dan agama Bapanya. Anak sulung memiliki pemikiran seolah-olah tindakannya tidak dianggap oleh Bapanya.

Mengapa sulung berlaku seperti itu?
1. Dia taat dan melayani dan tinggal bersama Bapanya tapi tidak dalam relasi kasih
Apa bedanya istri dan pelacur?
Istri: walaupun lelah, tapi di saat suami pulang walaupun larut malam, dia tetap senang dan memasak masakan untuk suaminya.
Pelacur: selalu wangi, terlihat cantik, melayani, tapi dilakukan bukan demi kasih tapi demi uang dan demi dirinya sendiri.

Waktu melayani, apa itu karena kita mengasihi Tuhan? Kita capek dan lelah apa karena Tuhan? Atau kita jatuh dalam dosa dengan melakukan untuk diri sendiri?
Kalau kita melayani, apakah untuk Tuhan atau diri sendiri?
Dalam melayani Tuhan terkadang kita harus memaksa diri untuk melayani Tuhan.

2. Dia melayani Tuhan tetapi hatinya tidak menyatu dengan hati Bapa. Harusnya, semakin melayani Tuhan, hati kita semakin menyatu dengan hati Bapa. Kalau hati Bapa penuh dengan kasih karunia, apakah hati kita juga penuh dengan kasih karunia ketika melihat orang lain?
Contoh: ketika kebaktian ada mantan pelacur atau pemungut pajak atau pencuri apakah kita bisa tenang dan tetap beribadah dengan khusyuk?

Sandy Patty terkenal di akhir tahun 80-90an. Dia mengadakan konser 200x di Amerika. Ada 30 staff yang ikut dalam konsernya dan minimal dia mendapat 100.000USD. Tapi tahun 1992 dia selingkuh dengan penyanyi latarnya. Tahun 1993 dia bercerai dengan suaminya. Orang Kristen sejak saat itu marah dengan Sandy Patty, dan membakar CD dan yang berhubungan dengan Sandy. Tahun 1995 dia menikah dengan selingkuhanya. Dia terpuruk dan tidak berani ke gereja. Dia sadar akan dosanya dan dia mau kembali kepada Tuhan tetapi tidak berani ke gereja karena isinya kumpulan orang suci yang tidak punya kasih karunia. Dia pergi ke tempat yang jauh dari tempat asalya, dia ke gereja di Indiana dan duduk di kursi paling belakang, dia berharap selesai kebaktian bisa langsung pergi tanpa ada orang yang menyadari akan kehadirannya. Sebelum doa berkat Pendeta menanyakan apakah ada orang-orang yang baru hadir. Kalau saat ini datang dengan hati hancur, pendeta mau menangis dan berdoa bersama. Pendeta tidak menyangka bahwa ada Sandy Patty. Selesai kebaktian, dia tetap duduk di belakang, datang kepada pendeta dan dia dipulihkan. Dia menulis buku “Broken in The Background.”

Setiap kita punya sisi gelap. Ada 4 lapis diri kita:
1. Hal-hal di lapisan paling luar yang orang liat (yang senang apabila orang memberi 'like')
2. Hal-hal yang hanya orang dalam yang tahu diri kita
3. Hal-hal yang hanya saya yang tahu, orang dalam juga tidak tahu
4. Hal-hal yang kita pun ngeri masuk ke dalamnya dan hanya Tuhan yang bisa lihat sisi gelap kita, takut Tuhan dan Roh Kudus berbicara.

Kita butuh pertolongan Tuhan untuk melepaskan dosa kita. Kita tidak bisa mengubah sisi gelap kita tanpa bantuan Tuhan. Akibat 2 hal ini, bisa dilihat betapa bejatnya kita dan kita tahu kita tidak
mampu.

Yesaya 6 : 5 respon Yesaya waktu bertemu Tuhan. "Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.""

Dalam Roma 6 Paulus mengatakan siapa yang dapat melepaskan dari tubuh maut ini.

Kita butuh disiplin dalam memeriksa diri kita. Jangan-jangan yang membuat kita mengeraskan hati adalah karena tidak seirama dengan hati Bapa, ada sisi gelap yang tidak mau ditolong Tuhan.

Punyakah kita hati yang remuk dan hancur yang mau kita bawa ke Tuhan? Kapan terkahir kali kita baca Alkitab dengan hati yang sungguh mau dengar Tuhan berbicara pada kita? Apakah kita seperti orang Farisi yang tahu Firman, pegang janji Tuhan tapi tidak dapat berkat ataupun menerima Tuhan dalam hati mereka? Kalau mau kembali ke hati Bapa, biarlah Firman seperti senter yang menerangi hati kita dan kita juga boleh bertobat kembali kepada Bapa. Terus menerus merendahkan hati di hadapan Tuhan. Akui dosa di hadapan Tuhan dan kembali. Kalau kita mau mengakui, Tuhan akan mengampuni. Tuhan mau kita terus bergumul. Saat jatuh, kita harus mau bangun lagi.

No comments:

Post a Comment