Wednesday, February 1, 2017

Sunday Service: "Pertobatan: Permulaan Hidup yang Baru" - G.I. Yuzo Adhinata - 08012017

Markus 1:1-5,14-15
Yohanes 21:15-19 

Meninggalkan kehidupan lama untuk mengikut Yesus tidak semudah meninggalkan 'jala', membutuhkan kekuatan yang bukan dari diri sendiri. 

Paulus berkata dalam 2 korintus, perubahan yang baru sudah datang. Ketika Yesus mengatakan bertobatlah, Tuhan pun bermaksud kita mengalami perubahan sejati - true repentance.

Pertobatan antara Petrus dan Yudas, kedua-duanya dipanggil Tuhan dan keduanya adalah orang yang berdosa. Keduanya menyangkal Tuhan dalam caranya masing-masing. Keduanya menyesal dan menangis. Namun keduanya tidak mengalami pertobatan yang sama. Petrus mengalami pertobatan sejati, bukan untuk dan dari dirinya sendiri tapi ada Kristus didalamnya. Sedangkan Yudas tidak datang kepada Tuhan tetapi mengikuti kata hati diri sendiri. Yudas mengikuti emosi sendiri, bertanya kepada diri sendiri dan hanya mendengarkan diri sendiri. 


“Every saint has a past, and every sinner has a future.”

― Oscar Wilde


Yudas tidak akan mempunyai masa depan karena dia tidak mempunyai perubahan yang substansial dalam hidupnya. Lantas perubahan apa yang diinginkan Tuhan? What is a true repentance?

Ciri dari pertobatan sejati:
  • Perubahan yang nyata > tidak bersifat superficial! But from the roots! Menyangkal diri dan memikul Salib. Salib merupakan kebodohan bagi dunia, karena kita dianggap melepaskan kehidupan kita untuk suatu janji yang belum pasti atau kelihatan dengan mata. This change cannot be superficial but you must make your life revolves around Jesus, the focus of ur life must be HIM! Perubahan itu dari Dia, oleh Dia dan segala kemuliaan untuk Dia! 

Pengikut Kristus tidak cukup menjadi seorang penggemar (fan). Walaupun seorang fan memiliki pengorbanannya sendiri (rela menunggu berjam-jam untuk idolanya) namun Tuhan datang untuk orang-orang yang mau mengalami perubahan seumur hidup bukan musiman. Pada saat krisis terjadi maka akan terlihat dimana posisi iman kita, mengikuti ego diri (sesuai kenyamanan dan keuntungan) atau menyangkal diri dan mengikut Kristus?

Perubahan sejati mencakup perubahan yang radikal. Yang tadinya forgiving sama dosa, jadi membenci dosa. 


“For true conversion doth not consist in putting away great and outward sins only, but in descending deeply into your own self, searching into the inmost recesses of the heart, the secrets and closets, all the windings and turnings thereof; changing and renewing them throughout, with the grace that is given you: and so, by faith, you are converted from self-love to Divine love; from the world and all worldly concupiscences, to a spiritual and heavenly life; and from a participation of the pomps and pleasures thereof, to participating the merits and virtues of Christ, by believing his word, and walking in his steps.” 




Perubahan itu tidak hanya ditandai dari kita menghindari dosa-dosa, apabila kita hanya perlu berhenti melakukan dosa maka Kristus tidak perlu datang ke dunia. Tapi perubahan itu harus mencapai jiwa dan roh kita. Perubahan dari dalam dimana kita semakin mencintai Tuhan dan hal-hal yang Dia cintai.

Ketika kita bertobat Tuhan ingin kita memilih diri kita atau Tuhan. Seorang penggemar tidak memiliki pusat kehidupan kepada Tuhan namun untuk kesenangan diri. 

  • pertobatan harus dari seluruh aspek kehidupan. Mengubah cara kita berpikir. Kita bukan hanya sadar yang kita lakukan itu salah dan dosa namun kita mau bangun dan berubah. Tuhan menyediakan pengampunan tapi apakah kita mau menjadi seperti Petrus yang menerima tangan Tuhan yang terulur atau kita hanya terpaku dengan pemikiran diri sendiri bahwa pendosa seperti kita tidak mungkin terselamatkan seperti Yudas?

Peran kasih dalam pertobatan, bukan hanya sentimental romantisme, kasih juga kita ketahui, kita rasakan , dan dapat memotivasi kita. Tujuan Tuhan datang kepada kita bukan untuk membinasakan tapi menyelamatkan kita, out of His great love. Tuhanlah yang mengasihi kita terlebih dulu. Ketika kita jatuh dalam dosa yang sama berulang kali, Tuhan tidak menghakimi kita dan mengatakan strategi kita melawan dosa kurang baik. Tapi Tuhan akan bertanya dan mengingatkan kita "do you love me?"

  • pertobatan tidak instan! Bukan hanya sekali jadi. Petrus menyangkal Tuhan 3x dan Tuhan merestorasinya 3x. Apabila kita mau bertobat dan kembali kepada Tuhan seperti Petrus,  sekalipun dosa kita merah seperti kirmizi, Tuhan akan menghapusnya hingga putih seperti salju. Namun ini bukan ijin untuk kita bisa berbuat dosa seenaknya. When we love Him, we have to understand how much God hates sin. Kita tidak mungkin melakukan sesuatu yang dibenci oleh orang yang kita kasihi bukan? 

Come to God, confess what sins you have done, ask God to change you and take control of your life, but in order for God to take the wheel, we need submit to His sovereignity. There must be no doubt when giving Him the control, but this is an action easier said than done because selfishness and arrogance are in our nature. This is why we need to rely solely in His power and never in ours! Remember, the moment we feel strong is actually our moment of weakness! We have to keep our ego in check. Do a reality check on our faith daily

Mazmur 139:23-24
"Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!"

Evil will take any moment of weakness that we have to return us to sin.

1 Petrus 5:8
"Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."

No comments:

Post a Comment