Tuesday, September 20, 2016

Sunday Service: "Doxological Living" - Pdt Budianto Lim - 18092016

Penerapan hidup doxology - Doxology against idolatry.

Bangsa Israel biasa menggunakan doxology untuk mengakhiri suatu doa/ibadah, yang berisikan puji-pujian kepada Allah. Doxology yang selalu dinyanyikan pada bagian akhir membiasakan orang Kristen kepada pemikiran bahwa doxology hanya bisa dinyanyikan sebagai penutup. Untuk menghidupi doxology kita harus mengerti Ke-Tritunggalan Allah yang mulia baru bisa menerapkannya. Dan pengertian serta penerapan tersebut harus kita lakukan dengan tekun setiap harinya. Seperti seorang teller di bank yang dengan mudah mengetahui uang yang palsu dari yang asli karena seringnya memegang uang setiap hari, seperti itulah kita harus belajar mengetahui apakah kita sudah menjalani kehidupan doxology yang asli atau yang palsu.

1 kor 10:14-22

Cara menerapkan kehidupan doxology adalah dengan menjauhkan diri dari kehidupan berhala. And this is CRUCIAL. Seperti Yusuf yang langsung lari meninggalkan istri potifar ketika digoda.

Peringatan ini juga ada di dalam mazmur 115:8 & mazmur 135:18. 'Itulah' dan 'nya' dalam ayat-ayat tersebut ditujukan pada berhala. Kita yang melakukan hal-hal tersebut setiap hari lama kelamaan akan terbiasa menjadi penyembah berhala!

Konteks di 1 korintus 8 yg menyangkut tentang makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala. Yang paulus tekankan bukan pada patung berhala itu sendiri dan bukan makanan yang menjadi isu utama namun banyaknya orang kristen yang lalu salah memahami kebebasan didalam Kristus. Mereka yang berpikir karena kita sudah diselamatkan maka kita bebas melakukan semua hal tanpa memusingkan (menjadi batu sandungan atau tidak) orang lain (yang bisa jadi orang percaya yang baru atau awam). Banyak kemudian orang Kristen yang menjadi ignorant bahwa hal-hal kecil bisa kemudian menjadi berhala.

Jemaat korintus paham bahwa perjamuan makan pada abad pertama tidak bisa dipisahkan (identik dengan) dari image penyembahan berhala dan jemaat korintus pada saat itu karena kebebasan dalam Kristus yang mereka miliki berasa sah-sah saja menggabungkan keduanya itu

Dan keadaan seperti itu terus kembali di abad-abad berikutnya hingga sekarang dalam derajat yang berbeda-beda bahkan hal implisit (tidak signifikan) sekalipun! Jemaat-jemaat yang berkompromi dan lebih menyukai gereja-gereja yang tidak fanatik dan yang lebih memilih untuk menyukakan jemaat yang mempunyai keluarga dengan tradisi-tradisi yang menyembah berhala ketimbang dengan tegas menolak tradisi yang sudah pasti dicemburui Allah.

Berhala-berhala didalam kehidupan modern banyak sekali dan seringnya tidak terlihat. Bahkan mengutamakan keluarga daripada Tuhan bisa menjadi berhala. Bisnis/perusahaan pun seringnya menjadi berhala bagi kita. Bahkan pelayanan pun bisa menjadi berhala ketika sudah mulai terjadi perpecahan karena pemikiran-pemikiran masing-masing yang memuaskan nafsu dan ego diri! Ketika kita tidak bisa sabat dari pelayanan itu sendiri maka itu sudah menjadi berhala bagi kehidupan kita.
Sabat means God is enough.

Kita sering tidak menyadari kekuatan uang untuk menjadi berhala dalam kehidupan kita. Ketika kita hanya mau berhubungan dengan orang-orang yang bisa menguntungkan kita. Entah itu untuk expansi bisnis mungkin. Mengejar kesuksesan juga isu yang sangat crucial! Banyak yang demi mendapatkan profit besar lalu tidak memperdulikan bila harus menginjak orang. Our own sense of security, without realizing it, can be our idol! Trusting the comfort that money brings more than trusting the providence given by God.

Bahkan ketika kita pergi ke suatu tempatpun pikiran yang langsung ada di pikiran kita bukan Tuhan namun free wifi. Kehidupan sehari-hari yang sangat dipenuhi hal-hal duniawi yang terus menerus menggeser posisi Allah Tritunggal dari pikiran kita dan menghalangi kita menjalani kehidupan doxology.

Idols cannot be removed but must be replaced! Dunia semakin maju dan berhala-berhala semakin banyak dan tidak bisa kita buang begitu saja namun bisa digantikan ketika ada penyembahan yang tepat yang menyubstitusinya. Dan Tuhan menunjukan itu pada saat pembebasan bangsa Israel. How God substitute the death from sin (and from Pharaoh) by His deliverance! Kenali secara mendalam secara konkrit Allah Tritunggal sebagai objek penyembahan kita. Isi hati dan pikiran dengan pengenalan akan Allah. Kasihi Allah.

Vv. 16 & 17 - pertanyaan retorik Paulus yang membuat kita berpikir apakah kita sudah bersekutu dengan tubuh dan darah Kristus. This is connected with doxology living. Dan berhubungan dengan perjamuan kudus. Yang membawa kita mengenang kasih pengorbana  Kristus. Cara kedua menerapkan doxology living adalah dengan MEMBANGUN GAYA HIDUP YANG SERUPA DENGAN PENGORBANAN KRISTUS.

How do we do that? Vv. 23 - 33
- bersyukur: not just for the usual things (food job health) karena itu semua untuk diri sendiri. Namun bersyukur yang orientasinya keluar bukan ke dalam diri. Bersyukur untuk saudara2 seiman. Glad for others' well being. Bersyukur hanya jangan ke diri sendiri namun bisa harus keluar orientasinya.
- to have a discernment in living with Christian freedom. Contoh orang tua yang memberikan anak semua kemauaannya karena 'kebebasan' tersebut tanpa memperdulikan pertumbuhan rohani dan mental anak tersebut. Anak yang kemudian tidak bisa mengimitasi perbuatan baik dari orang tuanya. Apa yang dilakukan orang tua andaikan boleh pun sebagai orang Kristen apakah membangun anak atau tidak?
- Segala sesuatu yang kita lakukan harus selalu kita pertimbangkan apakah menyandung orang lain

Kebebasan dalam Kristus HARUS bisa membangun untuk orang lain. Bukan hanya untuk diri sendiri!

- prinsip memuliakan Allah, tidak cuma nyanyi dalam doxology. Namun dengan cara kita bersosial. Kebebasan dalam Kristus ada purposenya yaitu AGAR ORANG LAIN DAPAT MENGHORMATI ALLAH! Jangan jadi orang Kristen yang melecehkan Allah dihadapan orang lain dam menjauhkan mereka daripada mengenal Allah!

No comments:

Post a Comment